3. Masa Kerasulan di era Makkah
Menjelang usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa memisahkan diri dari kegalauan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira, beberapa kilometer di utara Mekah. Di sana Beliau mula-mula berjam-jam kemudian berhari-hari bertafakkur.
Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul di hadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama:
“BacalahdengannamaTuhanmu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu Maha Mulia. Dia telah mengajar dengan Qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui” (QS 96: 15).
Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti beliau telah dipilih Tuhan sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama. Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira’.
Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai berikut:
“Hai orang yang berselimut, bangun dan beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan)yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah” (al-Muddatstsir:1-7).
Berdakwah diam-diam
Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya.
Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yangbaru berumur 10 tahun. Kemudian, Abu Bakar, sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak .Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Nabi sejak ibunya Aminah masih hidup, juga termasuk orang yang pertama masuk Islam.
Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin’ Auf, Sa’ ad bin Abi Waqqash,dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada Nabi dan masuk Islam di hadapan Nabi sendiri. Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah memeluk agama Islam.
Berdakwah Secara Terbuka
Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual turunlah perintah agar Nabi menjalankan dakwah secara terbuka.
Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib. Ia mengatakan kepada mereka,
“Saya tidak melihat seorang pun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepadamu dunia dan akhirat yangterbaik.Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah di antara kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini?”.
Mereka semua menolak kecuali Ali.
Langkah dakwah seterusnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya.
Mula-mula ia menyeru penduduk Mekah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Di samping itu, ia juga menyeru orang-orang yangdatangke Mekah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih, hasil yang diharapkan mulai terlihat.
Jumlah pengikut Nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang tak punya. Meskipun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lemah, namun semangat mereka sungguh membaja.
Setelahd akwah terang-terangan pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi semakin keras tantangan dilancarkan kaum Quraisy.
Beberapa literatur menerangkan, ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam itu.
( 1) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Yang terakhir ini sangat tidak mereka inginkan.
(2) Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disukai Quraisy.
(3)Para pemimpinQuraisy disetujui oleh kelas bangsawan tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
(4) Taklid kepada nenek moyang adalah Kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab.
(5) Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi saw. Pertama-tama mereka mengira bahwa kekuatan Nabi terletak pada perlindungan dan pembelaan Abu Thalib yang amat disegani itu. Karena itu mereka menyusunsiasat bagaimana melepaskan hubunganNabi dengan Abu Thalib dan mengancam denganmengatakan:
“Kami minta Anda memilih satu di antara dua: Memerintahkan Muhammad berhenti dari dakwahnya atau Anda menyerahkannya kepada kami. Dengan demikian, Anda akan terhindar dari kesulitan yang tidak diinginkan”.
Nampaknya Abu Thalib cukup terpengaruh dengan ancaman tersebut sehingga ia mengharapkan Muhammad menghentika ndakwahnya. Namun, Nabi menolak dengan mengatakan:
“Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya”.
Abu Thalib sangat terharu Mendengar jawaban kemenakann yaitu, kemudian berkata: “Teruskanlah,demi Allah aku akan terus membelamu”.
Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid ibn Mughirah dengan membawa Umarah ibn Walid, seorangpemuday ang gagahdantampan,untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib: “Ambillah dia menjadi anak Saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh”. Usul ini tentu saja ditolak keras oleh Abu Thalib.
Untuk kali berikutnya mereka langsung kepada Nabi Muhammad. Mereka mengutus Utbah ibn Rabiah, seorang ahli retorika,untuk membujuk Nabi. Mereka menawarkan tahta, wanita, dan harta asal Nabi Muhammad bersedia menghentikan dakwahnya. Semuatawaranitu ditolak Muhammad denganmengatakan:
“Demi Allah, biarpun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya”.
Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal, tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan. Tindakan kekerasan itu Iebih intensif dilaksanakan setelah mereka mengetahui bahwa di lingkungan rumah tangga mereka sendiri sudah ada yangmasuk Islam.
Budak-budak yang selama ini mereka anggap sebagai harta,sekarang sudah ada yang masuk Islam dan mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan tuan mereka. Budak-budak itu disiksa tuannya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga untuk menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam sampai dia murtad kembali.
Hijrah Yang Pertama Para Sahabat
Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah terhadap kaum muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekah. Pada tahun kelima kerasulannya, Nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia)sebagai negeri tempat pengungsian, karenaNegus (raja) negeri itu adalah seorang yang adil.
Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang pria dan empat orang wanita, di antaranya Usman bin Affan beserta istrinya Rukayah puteri Rasulullah, Zubair ibn Awwam dan Abdurrahman ibn ‘Auf.
Kemudian menyusul rombongan kedua. Sejumlah hampir seratus orang, dipimpin oleh Ja’far ibn Abu Thalib. Usaha orang-orang Quraisy untuk menghalangi hijrah ke Habsyah ini, termasuk membujuk Negus agar menolak kehadiran umat Islam di sana, gagal.
Di sampingitu, semakinkejam mereka memperlakukan umat Islam, semakin banyak orang yang masuk Agama ini. Bahkan, di tengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang kuat Quraisy masuk Islam, Hamzah dan Umar ibn Khathab.
Dengan masuk Islamnya dua tokoh besar ini posisi umat Islam Semakin kuat.
Boikot Terhadap Bany Hasyim
Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum musyrik Quraisy. Mereka menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatanMuhammad yang bersandar pada perlindungan Bani Hasyim. Dengan demikian, untuk melumpuhkan kaum Muslimin yang dipimpin oleh Muhammad mereka harus melumpuhkan Bani Hasyim terlebih dahulu secara keseluruhan.
Cara yang ditempuh ialah pemboikotan. Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku ini. Tidak seorang penduduk Mekah pun diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan dibuat dalam bentuk piagamdan ditandatangani bersama dan disimpan di dalam Ka’bah.
Akibat boikot tersebut, Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan dan kesengsaraan yang tak ada bandingannya. Untuk meringankan penderitaan itu, Bani Hasyim akhirnya pindahke suatu lembah di luar kota Mekah. Tindakan pemboikotan yang dimulai pada tahun ke-7 kenabian ini berlangsung selama tiga tahun. Ini merupakan tindakan paling menyiksa dan melemahkanumat Islam.
Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sungguh suatu tindakan yang keterlaluan.Setelahboikot dihentikan, Bani Hasyim seakan dapat bernafas kembali dan pulang ke rumah masing-masing.
Tahun Kesedihan dan Isra’ Mikraj
Namun, tidak lama kemudian Abu Thalib, paman Nabi yang merupakan pelindung utamanya, meninggal dunia dalam usia 87 tahun. Tiga hari setelahitu, Khadijah, istri Nabi, meninggal dunia pula. Persitiwa itu terjadi padatahun kesepuluh kenabian. Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW.
Sepeninggal dua pendukung itu, kafir Quraisy tidak segan-segan lagi melampiaskan nafsu amarahnya terhadap Nabi.
Melihat reaksi penduduk Mekah demikian rupa, Nabi kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota. Namun, di Thaif ia diejek, disoraki, dan dilempari batu, bahkan sampai terluka di bagian kepala dan badannya.
Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra’ dan memikrajkan beliau pada tahun ke-10 kenabian itu. Berita tentang Isra’ dan Mikraj ini menggemparkan masyarakat Mekah. Bagi orang kafir, ia dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi. Sedangkan bagi orang yang beriman, ia merupakan ujian keimanan.
Setelah peristiwa Isra’ dan Mikraj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam muncul.
Hijrah ke Yatsrib (Madinah)
Perkembangan mana datang dari sejumlah penduduk Yatsrib yang berhaji ke Mekah. Mereka, yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj, masuk Islam dalam tiga gelombang.
Pertama, pada tahun kesepuluh kenabian, Beberapa orang Khazraj berkata kepada Nabi:
“Bangsa kami telah lama terlibat dalam permusuhan, yaitu antarasuku Khazraj dan Aus. Mereka benar-benarmerindukan perdamaian. Kiranya Tuhan mempersatukanmerekakembali dengan perantaraan engkau dan ajaran-ajarunyang engkau bawa. Oleh karena ifu, kami akan berdakwah agar mereka mengetahuiagama yang kami terima dari engkauini “.
Mereka giat mendakwahkan Islamdi Yatsrib.
Kedua, pada tahun ke dua belas kenabian delegasiYatsrib, terdiri dari sepuluhorang suku Khazrajdan dua orang suku Aus serta seorang wanita menemui Nabi di suatu tempat bemama Aqabah.Di hadapan Nabi merekamenyatakan ikra rkesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali ke Yastrib sebagai juru dakwah dengan ditemani oleh Mus’ab bin Umair yang sengaja diutus Nabi atas permintaan Mereka .Ikrar ini disebut denganperjanjian”Aqabah Pertama”.
Pada musim haji berikutnya, jamaahhaji yang datangdari Yastrib Berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk Yatsrib, mereka meminta Pada Nabi agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan Membela Nabi dari segala ancaman.Nabi pun menyetujui usul yang mereka ajukan. Perjanjian ini disebut perjanjian ‘Aqabah kedua.
Setelah kaum musyrikin Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara Nabi dan orang-orang Yatsrib itu, mereka kian giat melancarkan intimidasi terhadap kaum muslimin. Hal ini membuat Nabi segera memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib.
Dalam waktu dua bulan, hampir semua kaum muslimin, kurang lebih 150 orang, telah meninggalkan kota Mekah. Hanya Ali dan Abu Bakar yang tetap tinggal di Mekah bersama Nabi. Keduanya membela dan menemani Nabi sampai ia pun berhijrah ke Yatsrib karena kafir Quraisy sudah merencanakan akan membunuhnya.
Dalam perjalanan ke Yatsrib Nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yatsrib, Nabi istirahat beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah Kalsum bin Hindun.
Di halaman rumah ini Nabi membangun sebuah mesjid. Inilah mesjid pertama yang dibangun Nabi, sebagai pusat peribadatan. Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi, setelah menyelesaikan Segala urusan di Mekah.
Sementara itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Waktu yang mereka tunggu-tunggu itu tiba. Nabi memasuki Yatsrib dan penduduk kota ini mengelu-elukan kedatangan beliau dengan penuh kegembiraan.
Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap Nabi, nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (kota Nabi) atau sering pula disebut Madinatul Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia. Dalam istilah sehari-hari, kota ini cukup disebut Madinah saja.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar