Minggu, 11 September 2011

Keutamaan Ilmu 2

Imam al-Ghazali Tentang Keutamaan Ilmu 2
Keutamaan Belajar

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama (At Taubah : 122)


Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetohuan jika kamu tidak mengetahui (An Nahl :43)


Barang siapa menempuh jalan yang padanya ia menuntut ilmu maka Allah menempuhkannya jalan ke syurga [HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah]



Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu karena ridha kepada apa yang ia lakukan [HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim dan ia menshahihkannya dari hadits Shafwan bin Assal]


sungguh kamu pergi lalu kamu belajar satu bab dari ilmu itu lebih baik dari pada kamu sholat seratus raka’at [H.R. Ibnu Abdil Barr dari hadits Abu Dzarr]


satu bab dari ilmu yang dipelajari oleh seseorang adalah lebih baik baginya dari pada dunia dan apa yang ada padanya [Ibnu Hibban dan lbnu Abdil Barr dari Hasan Al Bashri]


Tuntutlah ilmu walau di Cina [Ibnu Adi dan Al Baihaqi dari hadits Anas]


Menuntut ilmu itu fardhu atas setiap muslim [Abu Na'im dari hadits Ali, marfu' dengan sanad yang dha'if]


Ilmu itu gudang, kuncinya adalah bertanya. Ketahuilah maka bertanyalah. Sungguh padanya diberi pahala empat orang, yaitu : penanya, orang yang berilmu, pendengar dan orang yang senang kepada mereka [Ath Thabrani, Ibnu Mardawaih, Ibnu Sunni dan Abu Na'im dari hadits Jabir dengan sanad yang lemah]


Tidak seyogya bagi orang bodoh diam atas kebodohannya, dan tidak seyogya atas orang yang berilmu untuk diam atas ilmunya [at Thabrani, Ibnu Mardawaih, Ibnu Sunni dan Abu Na'im dari hadits Jabir dengan sanad yang lemah]


“Menghadiri majelis orang alim adalah lebih utama dari pada shalat seribu raka’at, menjenguk seribu orang sakit dan dan menghadiri seribu janazah”. Lalu ditanyakan , “Wahai Rasululah dan dari membaca Al Qur’an ?” Beliau saw bersabda : “Apakah Al Qur’an itu bermanfaat kecuali dengan ilmu ?” [Hadits disebutkan oleh Ibnu Jauzi dalam al Maudhu'at dari hadits Umar]


Barang siapa didatangi kematian di mana ia sedang menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam, maka antara ia dan para Nabi di syurga adalah satu derajat/tingkatan [ad Darimi dan Ibnus Sunni dari hadits Hasan]


.

Atsar dan petuah para ulama
Ibnu Abbas ra berkata : “Saya rendahkan penuntut (ilmu) dan saya muliakan sesuatu yang dituntutnya (ilmu)”.


Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata : “Saya tidak pernah melihat orang seperti lbnu Abbas, apabila saya melihatnya maka saya melihat orang yang wajahnya paling tampan. Dan apabila ia berbicara maka ia orang yang paling lancar lidahnya, dan apabila ia memberi fatwa maka ia orang yang paling banyak ilmunya”.


Ibnul Mubarak rahimahullah berkata : “Saya heran terhadap orang yang tidak menuntut ilmu, bagaimanakah ia mengajak dirinya kepada kemuliaan ?”


Sebahagian hukama’ berkata : “Sesungguhnya saya tidak sayang kepada orang-orang seperti sayangku kepada salah satu dari dua orang, yaitu : seseorang yang mempelajari ilmu namun ia tidak faham dan seseorang yang memahami ilmu namun ia tidak menuntutnya”.


Abud Darda’ ra : “Sungguh saya belajar satu masalah lebih saya sukai dari pada mendirikan malam (shalat sunnat di malam hari)”. Dan ia berkata juga : “Orang yang berilmu dan orang yang belajar ilmu itu adalah dua sekutu dalam kebaikan, sedangkan seluruh manusia (lainnya)adalah dungu, tidak ada kebaikan padanya”. Dan ia berkata juga : “Jadilah orang pandai atau orang belajar atau orang yang mendengarkan (ilmu) dan jangan kamu menjadi orang yang keempat maka kamu binasa”.


Atha’ berkata : “Majlis ilmu itu menghapus tujuh puluh majlis dari majlis yang lahan (sia-sia)”.


Umar ra berkata : “Kematian seribu ‘abid (ahli ibadah) yang mendirikan malam dan puasa di siang hari adalah lebih ringan dari pada kematian seorang ‘alim yang mengetahui apayangdihalalkan dan diharamkan oleh Allah”.


Asy Syafi’i ra berkata : “Menuntut ilmu itu adalah lebih utama dari pada shalat sunnat”.


Ibnu Abdil Hakam rahimahullah berkata : “Saya di sisi Malik belajar ilmu lalu masuk waktu Zhuhur lalu saya kumpulkan kitab-kitab untuk shalat”. Maka ia berkata : “Hai ini, apa yang kamu bangkit kepadanya tidaklah lebih utama dari pada apa yang kamu ada padanya, apabila niat itu benar”.


Abud Darda’ beikata : “Barang siapa memandang bahwa pergi mencari/menuntut ilmu itu tidak termasuk jihad maka ia adalah orang yang telah berkurang pendapat dan akalnya”.

wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar