Rabu, 29 Juni 2011

Keinginan Kita dan Keinginan Tuhan

"Tidak meremehkan ‘wirid' kecuali orang yang sangat bodoh. (Dunia adalah tempatnya wirid dan amal). Adapun ‘warid' tempatnya ada di akhirat. Dunia berakhir, tak ada lagi waktu untuk beramal. Hal pertama yang berhak mendapat perhatian lebih adalah sesuatu yang kekal dan tidak sirna wujudnya (dalam hal ini akhirat). Bandingkan sekarang,manakah yang kita cari? (Dunia yang fana atau akhirat yang wujudnya tak sirna?)."

bahwa yang bisa digolongkan wali Allah bukanlah mereka yang menonjolkan keramat, akan tetapi mereka yang istiqomah dalam beribadah. Ibadah secara umum adalah sesuatu yang diwajibkan atas kita, atau amal baik yang kita wajibkan atas diri kita sendiri.

Misalnya amalan-amalan yang dilakukan di waktu khusus, atau dalam jumlah tertentu. Selanjutnya, amalan seperti ini kita sebut dengan istilah wirid (amalan istiqomah). Dan apabila istiqomah ini kemudian mendatangkan karamah, maka karamah tersebut dikenal dengan istilah warid (khususiyyah pemberian dari Allah kepada hamba-Nya). Wirid berperan sangat penting dalam mengantarkan kita untuk lebih mengenal Allah. Dan tentunya wirid ini dilakukan setelah kita memenuhi kewajiban-kewajiban serta menjauhi larangan. Di antara bentuk dari wirid adalah dzikir. Allah memerintahkan kita untuk memperbanyak dzikir.

Dzikir harus diatur sedemikian rapinya. Ini dilakukan untuk menanggulangi dari ketidak-istiqomahan amal kita. Jangan sampai amal kita menjadi amal yang pernah disabdakan Nabi sebagai amal yang tidak ada kebaikan di dalamnya. Hari ini qiyamullail, besoknya tidak. Sehari puasa, satu minggu tidak melakukan apa-apa. Allah secara tidak langsung mengajari kita ,mengenai wiridan. Misalnya firman Allah berikut ini:

واذكر ربك كثيرا وسبح بالعشي والإبكار

Kalau diteliti, Nabi juga me-manage wirid. Misalnya, Sebaik-baik membaca Al-Qur'an adalah waktu antara Maghrib dan Isya', kemudian tengah malah, dan ba'da Subuh.

Apa yang pernah di lakukan sahabat Umar juga menunjukkan adanya pengaturan wirid. Tak sedikit pula yang dicontohkan oleh tabi'in dan ulama' salaf terdahulu. Mereka semua mengatur waktu hingga tersusunlah beberapa wirid, misalnya, Rotib al-Haddad, dll.

Setelah tahu seperti ini, bila ada orang yang merendahkan serta menejek wiridan dengan berkata, "Wiridan kok diatur-atur segala. Itu bid'ah! Pada zaman Nabi belum ada!!!", maka betapa bodohnya orang itu. Oleh karenanya, imam Ibn Atho'illah melanjutkan rajutan mutiaranya dengan hikmah ke-109 ini dengan:

"لا يستقر الورد إلا جهول، الوارد يوجد فى الدار الآخرة، والورد ينطوى بانطواء هذه الدار. وأولى ما يعتنى به ما لا يخلف وجوده. الورد هو طالبه منك، والوارد أنت تطلبه منه. وأين ما هو طالبه منك مما هو مطلبك منه."

"Tidak meremehkan ‘wirid' kecuali orang yang sangat bodoh. (Dunia adalah tempatnya wirid dan amal). Adapun ‘warid' tempatnya ada di akhirat. Dunia berakhir, tak ada lagi waktu untuk beramal. Hal pertama yang berhak mendapat perhatian lebih adalah sesuatu yang kekal dan tidak sirna wujudnya (dalam hal ini akhirat). Bandingkan sekarang,manakah yang kita cari? (Dunia yang fana atau akhirat yang wujudnya tak sirna?)."

Dunia adalah musim beramal. Bagi yang menyadarinya dan mau memanfaatkan, hendaklah ia beramal sebanyak-banyaknya. Tak lain untuk bekal kehidupan akhirat. Di saat dunia berakhir, tak akan ada lagi waktu untuk beramal. Sebab di kehidupan selanjutnya, musim amal sudah lewat digantikan musim panen. Kesempatan memperbanyak wirid telah usai. Tibalah saat itu pemberian Allah (warid) disuguhkan. Nikmat-nikmat-Nya disempurnakan. Itu semua sebagai buah dari wirid yang dilakukan di kehidupan sebelumnya.

Kemudian, dimanakah kita hidup sekarang ini?
Jika tahu kita hidup di dunia, maka yang harus kita pikirkan adalah wirid, bukannya warid. Karena memang itulah yang diminta Allah. Namun entah mengapa pada umumnya yang dipikirkan orang justru sebaliknya. Masyarakat mencari warid (keistimewaan) di dunia. Anehnya, mereka berharap mendapat warid dengan enggan melaksanakan wirid.

Yang Allah perintahkan adalah wirid, sedangkan yang kita inginkan adalah warid. Lebih penting manakah perintah-Nya atau keinginan kita. Ketahuilah, apa yang kita inginkan tanpa mengikuti jalur yang seharusnya sebetulnya adalah keinginan nafsu.

Mengalahkan nafsu bukanlah hal yang mudah. Karena sebagaimana firman Allah, manusia diciptakan sebagai mahluk yang lemah. Salah satunya jalan mengalahkan nafsu adalah dengan berdo'a meminta tolong kepada kepada Dzat Yang Mahamengendalikan nafsu. Dan meminta agar didekatkan dengan-Nya. Dengan harapan kita dapat diarahkan kepada apa yang diridhoi-Nya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar