Orang yang merasakan hasil amalnya di dunia berarti menandakan diterimanya amal tersebut di akhirat. Pada hikmah sebelumnya sudah dijelaskan bahwa ajru dan jaza' itu berbeda. Di sini juga begitu. Tsamroh berbeda dengan ajru dan jaza'. Tsamroh adalah hasil dari amal yang dikerjakan hamba. Buah dari melakukan ibadah seperti sholat, shodaqoh, dan lain-lain adalah wujudnya hubungan antara hamba dengan Allah swt. Selain itu hati juga terasa tenang dalam melakukan ibadah tersebut. Ketika seorang hamba melakukan sholat, dzikir maka hatinya akan merasa tenang dan tentram. Ini adalah buah (tsamroh) dari amal ibadah kepada Allah swt.
من وجد ثمرة عمله عاجلاً فهو دليل على وجود القبول آجلاً
"siapa yang merasakan buah amalnya di dunia maka itulah bukti bahwa di akhirat amalnya diterima"
Orang yang merasakan hasil amalnya di dunia berarti menandakan diterimanya amal tersebut di akhirat. Pada hikmah sebelumnya sudah dijelaskan bahwa ajru dan jaza' itu berbeda. Di sini juga begitu. Tsamroh berbeda dengan ajru dan jaza'. Tsamroh adalah hasil dari amal yang dikerjakan hamba. Buah dari melakukan ibadah seperti sholat, shodaqoh, dan lain-lain adalah wujudnya hubungan antara hamba dengan Allah swt. Selain itu hati juga terasa tenang dalam melakukan ibadah tersebut. Ketika seorang hamba melakukan sholat, dzikir maka hatinya akan merasa tenang dan tentram. Ini adalah buah (tsamroh) dari amal ibadah kepada Allah swt. Dalam surat Al-Ankabut : 45 telah dijelaskan :
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (45) [العنكبوت/45]
45. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Adapun buah amal yang bersifat sosial maka akan terlihat akibatnya seperti keadaan masyarakat yang menjadi baik, lingkungan menjadi aman dan tentram. Dalam surat An- Nahl : 97 disebutkan :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (97) [النحل/97]
97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
[839] Ditekankan dalam ayat Ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
Dan dalam surat An-Nur : 55 juga dijelaskan :
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (55) [النور/55]
55. Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.
Jadi buah dari amal yang bersifat sosial yang paling pokok adalah kita akan selalu menang dalam menghadapi musuh-musuh kita. Ini semua menunjukkan bahwa amal kita diterima oleh Allah swt. Ketika seorang hamba sedang kacau maka untuk menenangkannya adalah dengan melakukan dzikir dan sholat. Allah telah berfirman dalam surat Ar-Ra'd : 28 :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (28) [الرعد/28]
28. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.
Kita harus banyak bersyukur kepada Allah walaupun kita hanya menjadi guru madrasah, petani atau orang desa karena yang paling penting adalah hati yang tenang.
Hubungan Tsamroh Dengan Ajru
Misalkan ada orang tua yang memondokkan anaknya agar menjadi orang yang alim. Jika anak tersebut bisa alim maka orang tuanya akan membelikan rumah dan membangunkan pondok pesantren. Kalau anak tersebut sudah menjadi alim maka alim ini disebut dengan tsamroh. Dan dari orang tuanya dia juga mendapatkan ajru (rumah dan pondok). Oleh karena itu kita haruslah senang kepada Allah. Kita diperintah oleh Allah bukanlah untuk kepentingan-Nya tapi untuk kepentingan kita sendiri. Allah tidak membutuhkan amal kita karena Allah adalah dzat yang Maha Kaya. Dalam surat Fathir : 15, Allah telah berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (15) [فاطر/15]
15. Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah dialah yang Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
Kita mau melakukan sholat sehingga mampu menahan maksiat maka kebaikannya kembali kepada kita sendiri bukan kepada Allah. Walaupun demikian, tapi Allah masih memberikan pahala kepada kita besok di akhirat. Apa sebabnya manusia dimanjakan oleh Allah? Ini adalah rahmat Allah kepada manusia sebagaimana orang tua yang memberi belas kasih kepada anaknya. Kalau orang tua bisa berbelas kasih maka Allah lebih besar rahmatnya. Jadi kalau seorang hamba mendapatkan buah amal di dunia ini berarti amal tersebut diterima di akhirat. Hamba tersebut tak lain adalah orang-orang yang bertaqwa kepada Allah sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Maidah : 27 :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آَدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآَخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (27) [المائدة/27]
27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
Adapun orang kafir maka amalnya tidak diterima sebagaimana keterangan dalam surat Al-Furqan : 23 :
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا (23) [الفرقان/23]
23. Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan[1062], lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.
[1062] yang dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka yang baik-baik yang mereka kerjakan di dunia amal-amal itu tak dibalasi oleh Allah Karena mereka tidak beriman.
Untuk itulah Ibnu Atha'illah menjelaskan tanda-tanda diterimanya amal sehingga kita mampu mengetahui amal-amal kita. Ketika shalat maka kita akan merasa senang sekali dalam menjalankannya. Kita tidak tergesa-gesa dan tidak ingin cepat-cepat selesai dalam shalat tersebut. Kita berdzikir kepada Allah maka alamatnya adalah kita semakin merasa takut kepada Allah karena ada muroqobatullah. Orang yang haji maka alamatnya adalah tidak lagi memikirkan dunia karena yang dituju hanyalah Allah. Ketika sa'I, thowaf, wuquf, maka dia tidak ingat orang-orang di sekitar karena hanya Allah lah yang dituju. Orang yang membaca Al-Qur'an maka hatinya akan terasa tentram, senang dan tartil dalam membacanya. Dia juga akan mengangan-angan apa yang dia baca.
Orang islam memang tidak sukses dalam urusan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa amal dan muamalah kita tidak diterima oleh Allah swt. Hal ini tak lain karena muamalah tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan aturan syari'at islam. Ini adalah bukti bahwa muamalah kita tidak diterima oleh Allah swt. Untuk itu kita harus amanah dan berakhlakul karimah dalam setiap muamalah kita. Nabi Muhammad pernah pergi ke pasar lalu ada penjual beras dan nabi memasukkan tangannya ke dalam tumpukan beras penjual tersebut. Ketika itu nabi menemukan rasa basah dalam beras tersebut. Lalu nabi memarahi penjual tersebut dan memintanya agar menaruh beras yang basah di bagian atas agar terlihat oleh para pembeli. Lalu nabi bersabda :
من غشنا فليس منا
"Barang siapa yang menipu kita maka dia bukan kelompok kita"
Jika kita mau berjual beli sesuai dengan syariat islam maka kita pasti akan makmur. Namun jarang sekali sekarang ini orang yang jujur dalam urusan ekonomi. Yang mereka pikirkan hanyalah kekayaan walaupun cara mendapatkannya tidak benar. Untuk itulah kita harus bisa memahami dengan benar apa yang disampaikan oleh Ibnu Atha'illah "Siapa yang merasakan buah amalnya di dunia maka itulah bukti bahwa di akhirat amalnya diterima"
wallahu a'lam bish-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar