Rabu, 23 Februari 2011

Sebuah Renungan

Renungkanlah:

Pendeknya umur kita.
Andaikata kita berumur seratus tahunsekalipun, maka umur kita itu pendek jika dibandingkan dengan masa hidup kita kelak di akhirat yang abadi, selama-lamanya.


Mari kita renungkan, agar dapat istirehat selama dua puluh tahun, dalam satu bulan atau setahun kita sanggup menanggung berbagai beban berat dan kehinaan di dalam mencari dunia.

Tetapi mengapa kita tidak sanggup menahan beban
ibadah selama beberapa hari demi mengharapkan kebahagiaan abadi di Akhirat nanti ?

Jangan panjang angan-angan, kita nanti akan berat untuk beramal.

Yakinilah bahwa tidak lama lagi kita akan mati.


Katakan dalam hati kita :


"Pagi ini aku akan beribadah meskipun berat, siapa tahu nanti
malam aku mati.

Malam ini aku akan bersabar untuk beribadah, siapa tahu besok aku mati."

Sebab, kematian tidak datang pada waktu keadaan dan tahun tertentu.
Yang jelas ia pasti datang.

Oleh karena itu,
mempersiapkan diri kita menyambut kedatangan maut lebih utama dari mempersiapkan diri kita menyambut dunia.

Bukankah kita menyadari betapa pendek waktu hidup kita di dunia ini?

Bukankah boleh jadi ajal kita hanya tersisa satu tarikan dan hembusan nafas atau satu hari ?

Setiap hari kita lakukan hal ini dan paksakan diri kita untuk sabar beribadah kepada ALlah.

Andaikata kita ditakdirkan untuk hidup selama lima puluh tahun dan kita biasakan diri kita untuk sabar beribadah, nafsu kita tetap akan memberontak. Tetapi ketika maut menjemput
kita akan berbahagia selama-lamanya.


Tetapi jika engkau tunda-tunda diri kita untuk beramal, dan kematian datang diwaktu yang engkau tidak di sangka2, maka kita akan menyesal dengan penyesalan yang tidak berpenghujung..



Wallahua'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar