Selasa, 22 Maret 2011

KEBEBASAN MANUSIA

Sebagai manusia kita tidak boleh beri'tikad bahwa selain Allah itu bisa memberi manfaat. Jika ada orang yang meminta tolong pada orang lain lalu orang tersebut meminta agar dia melakukan sesuatu namun akhirnya tidak berhasil. Kemudian orang tersebut meninggalkannya dan tidak lagi bergantung kepadanya serta hanya menuju Allah dalam setiap permintaannya maka orang tersebut adalah orang yang merdeka. Jika kita telah putus pada semua orang maka kita akan bebas, tapi kalau kita masih butuh pada orang lain maka berarti kita menjadi budaknya.



أنت حر مما أنت عنه آيس وعبد لما له طامع



"Engkau adalah orang merdeka dari segala yang engkau berputus darinya dan engkau adalah budak dari segala sesuatu yang engkau inginkan"





Sebagai manusia kita tidak boleh beri'tikad bahwa selain Allah itu bisa memberi manfaat. Jika ada orang yang meminta tolong pada orang lain lalu orang tersebut meminta agar dia melakukan sesuatu namun akhirnya tidak berhasil. Kemudian orang tersebut meninggalkannya dan tidak lagi bergantung kepadanya serta hanya menuju Allah dalam setiap permintaannya maka orang tersebut adalah orang yang merdeka. Jika kita telah putus pada semua orang maka kita akan bebas, tapi kalau kita masih butuh pada orang lain maka berarti kita menjadi budaknya.





Kita boleh tama' tapi hanya kepada Allah karena tama' atau tidak tama' kepada Allah adalah tidak ada perbedaannya. Orang yang seperti inilah orang benar-benar beriman. Orang akan mulia jika dia tama' hanya kepada Allah tapi jika tama' kepada orang lain maka dia akan hina karena orang lain adalah orang yang sama dan sederajat dengan kita.





Di Indonesia ini memang banyak sekali cobaan, karena banyak sekali orang islam yang bekerja kepada orang kafir. Sebenarnya ini tidak boleh terjadi. Dalam hadits nabi telah disebutkan :



الاسلام يعلو ولا يعلي عليه



"Islam adalah agama yang mulia dan tidak dikalahkan"





Agama yang benar adalah agama nabi Muhammad yaitu satu-satunya agama yang bisa membentengi agar khurriyyah (kebebasan) tidak dikuasai oleh orang lain. Khurriyyah artinya kita tidak dikuasai kecuali oleh Dzat yang berhak untuk menguasai. Tidak mungkin orang bisa mendapatkan khurriyyah kecuali dia telah tahu siapa dirinya sendiri.





Manusia adalah mahluk yang lemah dan yang kuat hanyalah Allah swt. Dalam surat Al-Alaq ayat 2 telah disebutkan :



خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) [العلق/2]



2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.





Orang tidak mungkin bebas jika dia tidak tahu bahwa dia adalah hamba Allah. Manusia diciptakan dari air sperma lalu menjadi darah lalu menjadi daging lalu diberi tulang, diberi nyawa, lahir, tumbuh, dewasa, tua, dan akhirnya meningal dunia. Manusia diciptakan melalui proses dan yang menggerakkannya hanyalah Allah. Dengan demikian kalau kita tahu siapa diri kita maka kita hanya menuju Allah dan meminta tolong hanya kepada-Nya. Kita juga akan lepas dari selain Allah dan hanya tama' kepada-Nya. Kita tidak lagi meminta tolong kepada si A, si B, atau si C karena mereka tidak akan memberi manfaat.





Undang-undang ciptaan manusia memang tidaklah sempurna sehingga banyak yang melanggarnya. Hal ini tak lain karena yang membuat adalah orang yang sama dengan kita atau bahkan kita sendiri lebih baik dari pada mereka. Tapi jika undang-undang tersebut adalah ciptaan Allah, maka kita akan takut melanggarnya karena Allah adalah Dzat yang tidak ada bandingannya. Contoh mudah adalah ketika kita diberi nasehat oleh teman kita sendiri maka kita sering kali meremehkannya, namun jika nasehat tersebut dari guru atau kyai kita maka kita aka tunduk.





Undang-undang Allah memang di luar kemampuan akal manusia sehingga kita tidak perlu mengetahui apakah undang-undang tersebut baik atau tidak. Inilah yang mendasari Sayyidina Ali dalam maqalahnya :



لو كان الدين بالعقل لكان مسح الخف من اسفله اولي من اعلاه



"seandainya agama itu dengan akal, maka mengusap muzah dari bawahnya itu lebih utama dari pada dari atas"





Memang ada kalanya undang-undang itu ada yang menang dan ada yang kalah, juga ada kalanya tidak menang semuanya. Semua ini adalah sudah menjadi ketentuan manusia. Kalau ada yang kalah maka dia harus mengikuti kepada yang menang walaupun dalam keadaan terpaksa. Tapi jika undang-undang tersebut dari Allah dan kita juga sudah tahu bahwa undang-undang tersebut dari Allah, maka kita akan menjalankannya walaupun kita sedang capek. Inilah perbedaan antara hukum Allah dengan hukum manusia.





Orang yang kalah adalah orang yang terjajah. Orang ini khurriyyahnya akan hilang dan agar dia bisa merdeka maka dia harus mengikuti undang-undang Allah sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Imran : 64 :



قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (64) [آل عمران/64]



64. Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".







Jika ingin benar-benar bebas maka dia harus masuk islam secara kaffah. Dia juga harus bebas dari hawa nafsunya (kebebasan berkehendak) yaitu mengekang keinginan nafsu tersebut. sebaliknya jika dia tidak bisa mengekang nafsunya maka dia akan terjajah oleh nafsu. Ini adalah penyakit, oleh karena itu dia akan malu jika tidak mampu melawan nafsunya. Penyakit inilah yang telah melanda dunia barat. Di sana banyak sekali orang yang minum minuman keras, dan ekstasi. Ini karena lemahnya nafsu mereka. Mereka tidak akan merdeka jika masih melakukan dan tidak mau meninggalkan kebiasaan mereka. Mereka akan semakin rusak moralnya dan jika tidak rusak maka mereka pasti sudah mau menerima islam sebagai agama mereka. Oleh karena itu agar kita tidak terjerumus seperti mereka kita harus senantiasa ingat dengan hikmah Ibnu Athaillah "Engkau adalah orang merdeka dari segala yang engkau berputus darinya dan engkau adalah budak dari segala sesuatu yang engkau inginkan"
Wallahu a'lam

JANGAN BERANGAN-ANGAN

Semua manusia pasti sangat suka jika memiliki jabatan, harta yang banyak, dan dipuji oleh masyarakat. Semua bisa terjadi karena adanya Waham (menghayal bahwa semua itu bisa diperoleh). Manusia berangan-angan bahwa dia memiliki kekuatan sehingga dia bisa berhasil, kaya, pandai, alim, dan sebagainya. Keinginan semacam ini, penyebabnya tak lain adalah waham. Dan untuk menghilangkannya kita harus meyakini bahwa Allah lah dzat yang bisa memberi kemanfaatan dan kemadlorotan.



ما قادك شيء مثل الوهم



"Tiada sesuatu yang menuntunmu seperti angan-angan"





Semua manusia pasti sangat suka jika memiliki jabatan, harta yang banyak, dan dipuji oleh masyarakat. Semua bisa terjadi karena adanya Waham (menghayal bahwa semua itu bisa diperoleh). Manusia berangan-angan bahwa dia memiliki kekuatan sehingga dia bisa berhasil, kaya, pandai, alim, dan sebagainya. Keinginan semacam ini, penyebabnya tak lain adalah waham. Dan untuk menghilangkannya kita harus meyakini bahwa Allah lah dzat yang bisa memberi kemanfaatan dan kemadlorotan.





Kita bisa belajar di pondok adalah suatu keistimewaan karena kita bisa tahu aqidah yang benar, tata cara shalat yang benar, dan muamalah yang sah. Kalau ada seorang teman yang memberi waham bahwa jika kita telah selesai dalam belajar di pondok dan telah kembali ke daerah kita, dan akhirnya kita tidak bisa mendapatkan rizki karena kita tidak memiliki keahlian dalam bekerja, maka kita harus meyakini bahwa Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan orang yang menuntut ilmu secara ihlas. Kita harus meyakini bahwa Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu, dan untuk itu kita harus mencari ilmu tersebut semata-mata karena Allah. Kita tidak boleh memiliki tujuan duniawi dalam mencari ilmu seperti ingin menjadi ulama', ingin agar dihormati oleh masyarakat, dan sebagainya. Jadi kita harus belajar dan mencari ilmu murni karena mencari ridlo Allah.





Dewasa ini banyak sekali muslim yang hidup di negara barat seperti Amerika, Eropa, Jepang, dan lainnya. Tujuan mereka tak lain adalah untuk mencari uang (bekerja). Misalnya bekerja di supermarket yang pasti akan menjual barang-barang yang diharamkan oleh syari'at islam. Hukum bekerja di sini adalah haram. Dan tentunya hidup di negara barat pasti sangat sulit untuk melakukan ibadah sehingga akhirya dia akan jauh dari Allah. Begitu juga orang yang bekerja di sebuah bank, hukumnya adalah haram karena di dalamnya terdapat unsur-unsur riba yang dilarang oleh syara'. Namun ada sebagian ulama' yang mengatakan bahwa semua pekerjaan tersebut tidak apa-apa, melihat zaman sekarang yang sangat sulit dan agama islam adalah agama yang mudah. Semua ini tak lain adalah karena ada waham (angan-angan yang ingin diwujudkan).





Zaman sekarang juga banyak sekali perempuan yang telah memakai jilbab. Namun di sisi lain banyak orang yang berasumsi bahwa mereka yang memakai jilbab tidak akan disukai oleh orang (laki-laki) karena tidak menampakkan rambut yang merupakan mahkota kepala. Hal ini tak lain adalah waham yang harus kita hindari. Kita harus berpikir lebih realistis bahwa belum tentu perempuan yang berjilbab itu tidak cepat dalam menikah (disukai laki-laki), justru telah banyak perempuan berjilbab yang telah menikah dan hidup bahagia.





Ada juga orang yang memiliki banyak uang dan telah berkewajiban menunaikan zakat sampai milyaran atau ratusan juta. Dia pun berasumsi bahwa jika dia tidak membayar zakat maka dia akan cepat kaya, tapi kalau dia mengeluarkan zakat maka uangnya akan habis. Ini tak lain adalah waham yang sangat salah. Kita harus ingat kepada hadits nabi :



حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ



عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ



صحيح مسلم - (ج 12 / ص 474)



Artinya : "Rasulullah saw telah bersabda : shodaqoh itu tidak akan mengurangi harta sedikit pun, Allah tidak akan menambah seorang hamba yang pemaaf kecuali tambahnya kemulyaan, dan seseorang tidak tawadlu' kepada Allah kecuali Allah akan mengangkatnya"



Dan dalam Al-Qu'an surat Al-Baqarah : 245 juga telah dijelaskan :





مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (245) [البقرة/245]



245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.







Syaikh Ramdlan Al-Buthi pernah diwasiati oleh ayahnya bahwa jalan yang bisa menunjukkannya kepada Allah hanyalah ilmu. Oleh karena itu beliau harus mencari ilmu hanya karena Allah dan jangan karena ijazah. Kita tidak boleh berpikir bahwa kalau kita tidak memiliki ijazah maka kita tidak bisa bekerja. Kita harus mencari ilmu agar kebodohan pada diri kita bisa hilang. Banyak orang yang berilmu namun dia tidak digunakan dan diakui di masyarakat. Hal ini tak lain karena tujuan dalam mencari ilmu sudah salah yaitu mengharapkan kenikmatan duniawi semata. Setelah Syaikh Ramdlan Al-Buthi mondok, beliau pasrah kepada Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang berilmu dan kita harus menerima apa yang diberikan oleh Allah. Syaikh Ramdlan pun tak lupa untuk selalu berdo'a, membaca surat yasin, dan wirid-wirid tiap pagi dan sore. Akhirnya dia menjadi ulama' yang besar. Ijazah beliau yang dari pondokan juga bisa diterima sehingga bisa melanjutkan sekolah dan mendapatkan gelar doktor. Beliau pun sudah tidak lagi memikirkan pekerjaan karena beliau telah diberi rizki yang tidak disangka-sangka. Inilah yang telah dijelaskan oleh Allah dalam surat At-Talaq ayat 3 :



وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3) [الطلاق/3]



3. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.


Wallahu a'lam

KEHINAAN ADALAH BENIH TAMAK

Jika seseorang masih tamak kepada yang lain maka islamnya belum sempurna. Imam Sa'id An-Nursy adalah orang kurdi. Dia pernah ditahan di Rusia ketika negara tersebut perang melawan Daulah Utsmany. Suatu ketika jendral pasukan Rusia datang sehingga semua pasukan langsung berdiri menghormatinya. Namun hal tersebut tidak dilakukan oleh Imam Sa'id An-Nursy, dia tetap saja duduk. Imam Sa'id pun ditanya apakah dia tidak tahu siapa yang datang? Imam Sa'id menjawab bahwa dia telah mengetahuinya. Selanjutnya dia menjelaskan bahwa dia tidak mau berdiri karena Allah telah memerintahkannya agar menjadi orang yang mulia dan tidak boleh menjadi hina dihadapan mahluk lain. Atas jawaban ini maka Imam Sa'id pun diputuskan untuk dihukum mati. Sebelum dibunuh, Imam Sa'id meminta agar dia boleh shalat 2 rakaat terlebih dahulu. Karena keberaniannya tersebut maka jendral pun heran kepadanya sehingga akhirnya Imam Sa'id tidak jadi dibunuh. Hal ini tak lain karena hati manusia itu bisa berubah-ubah tergantung oleh Allah swt.

ما بسقت أغصان ذل إلا على بذر الطمع



"Dahan-dahan kehinaan tidak tumbuh kecuali dari benih-benih ketamakan"





Ibnu Athaillah menjelaskan hikmah mutiaranya bahwa kehinaan itu tidak akan muncul kecuali dari benih-benih ketamakan. Tumbuh-tumbuhan bisa besar jika ada bijinya. Tumbuh-tumbuhan diibaratkan pada kehinaan. Jika tamak ditanam maka akan tumbuh kehinaan. Dan jika ingin mulia (tidak hina) maka seorang hamba harus mengikuti agama Allah. Dalam surat Al-Munafiqun : 8 telah disebutkan



يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ (8) [المنافقون/8]



8. Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita Telah kembali ke Madinah[1478], benar-benar orang yang Kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya." padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada Mengetahui.





[1478] Maksudnya: kembali dari peperangan Bani Musthalik.





Allah adalah dzat yang telah menciptakan semua yang ada di alam semesta ini. Allah adalah yang paling berkuasa dan Allah lah yang paling kaya. Ini adalah ajaran tauhid yang harus ditanam dalam hati sejak kecil. Tauhid semakin tertanam maka seseorang akan semakin mulia. Seseorang tidak akan takut kepada selain Allah dan tidak akan tamak kecuali kepada Allah. Seperti hanya timbangan, jika yang berat adalah ingat kepada Allah maka dia telah menang melawan hawa nafsu.





Jika seseorang masih tamak kepada yang lain maka islamnya belum sempurna. Imam Sa'id An-Nursy adalah orang kurdi. Dia pernah ditahan di Rusia ketika negara tersebut perang melawan Daulah Utsmany. Suatu ketika jendral pasukan Rusia datang sehingga semua pasukan langsung berdiri menghormatinya. Namun hal tersebut tidak dilakukan oleh Imam Sa'id An-Nursy, dia tetap saja duduk. Imam Sa'id pun ditanya apakah dia tidak tahu siapa yang datang? Imam Sa'id menjawab bahwa dia telah mengetahuinya. Selanjutnya dia menjelaskan bahwa dia tidak mau berdiri karena Allah telah memerintahkannya agar menjadi orang yang mulia dan tidak boleh menjadi hina dihadapan mahluk lain. Atas jawaban ini maka Imam Sa'id pun diputuskan untuk dihukum mati. Sebelum dibunuh, Imam Sa'id meminta agar dia boleh shalat 2 rakaat terlebih dahulu. Karena keberaniannya tersebut maka jendral pun heran kepadanya sehingga akhirnya Imam Sa'id tidak jadi dibunuh. Hal ini tak lain karena hati manusia itu bisa berubah-ubah tergantung oleh Allah swt. Dalam hadits nabi telah disebutkan :





إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ يُقَلِّبُهَا وَأَشَارَ الْأَعْمَشُ بِإِصْبَعَيْهِ



سنن ابن ماجه - (ج 11 / ص 286)





Oleh karena itu kita tidak boleh terlalu senang kepada orang lain dan juga tidak boleh terlalu benci karena hati itu dikuasai oleh Allah swt.



Orang menginginkan jabatan dan kekayaan karena dalam dirinya ada sifat tamak dan hal ini sangatlah bertentangan dengan firman Allah dalam surat Al-Isra' : 70 :



وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا (70) [الإسراء/70]



70. Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.





[862] Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan.





Namun hal ini juga tidak perlu kita ragukan lagi karena inilah watak manusia. Dalam surat Al-Adiyat ayat 8 telah disebutkan :



وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ (8) [العاديات/8]



8. Dan Sesungguhnya dia sangat bakhil Karena cintanya kepada harta[1597].





[1597] sebagian ahli tafsir menerangkan bahwa maksud ayat Ini ialah: manusia itu sangat Kuat cintanya kepada harta sehingga ia menjadi bakhil.



Dan juga dalam surat Al-Fajr ayat 20 :



وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا (20) [الفجر/20]



20. Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.





Lalu bagaimana agar manusia tidak menjadi hina? Agar tidak menjadi hina maka dia harus kembali pada ajaran tauhid bahwasanya yang memberi segala sesuatu hanyalah Allah swt. Tidak akan ada harta atau kekayaan kecuali hanya Allah lah yang memberi. Dalam surat Al-Imran ayat 26 Allah telah menjelaskan :



قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) [آل عمران/26]



26. Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.





Perasaan inilah yang harus selalu ditanamkan dalam hati setiap manusia. Dalam surat Ad-Dzariyat ayat 58 juga telah dijelaskan :



إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58) [الذاريات/58]



58. Sesungguhnya Allah dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.





Dengan demikian maka manusia harus mencari rizki dan memintanya hanya kepada Allah. Karena Allah lah Dzat yang maha melihat dan maha mendengar. Dalam surat Thaha ayat 46 telah dijelaskan :



قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى (46) [طه/46]



46. Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat".



Sebelum nabi diutus, masyarakat arab adalah orang yang sangat hina karena mereka tidak pernah ingat dan berdzikir kepada Allah. Mereka tidak tahu bahwa yang memberi sesuatu adalah Allah. Namun setelah nabi muncul maka mereka menjadi mulia karena mereka telah tahu bahwa pertolongan hanyalah dari Allah. Oleh karena itu kita tidak boleh melupakan hikmah Ibnu Athaillah bahwa "Dahan-dahan kehinaan tidak tumbuh kecuali dari benih-benih ketamakan"
Wallahu a'lam

Senin, 21 Maret 2011

TIDAK MEMANDANG AMAL

Al-Washilin bukanlah orang yang berhenti dan tidak beribadah lagi, tapi dia adalah orang yang telah lama beribadah dan membersihkan nafsunya. Dia telah menempuh jarak yang sangat jauh sehingga kegelapan nafsu menjadi hilang dan hanya cahaya hati lah yang nampak. Dia selalu berusaha beribadah karena terkadang kegelapan tersebut datang kembali dan cahaya yang telah muncul terkadang hilang lagi. Mereka inilah yang mendapatkan hidayah oleh Allah untuk menuju jalan yang benar.



قطع السائرين له والواصلين إليه عن رؤية أعمالهم وشهود أحوالهم أما السائرون فلأنهم لم يتحققوا الصدق مع الله فيها . وأما الواصلون فلأنه غيبهم بشهوده عنها



"Allah menghindarkan orang-orang yang menuju-Nya dan juga orang-orang yang sampai kepada-Nya dari melihat amal mereka dan menyaksikan keadaan mereka. Yang demikian, bagi orang-orang yang tengah menuju kepada-Nya adalah karena mereka belum benar-benar yakin dalam amal mereka (apakah amalnya baik atau buruk). Dan bagi orang-orang yang telah sampai kepada-Nya adalah karena mereka sibuk menyaksikan-Nya"





Dalam hikmah ini Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa As-Sairin (orang-orang yang baru menuju Allah) tidak pernah melihat amal mereka. Hal ini karena mereka belum benar-benar yakin dalam amal mereka. Begitu juga Al-Washilin (orang yang telah sampai kepada Allah). Mereka tidak pernah melihat amalnya karena yang dia tuju hanyalah Allah swt. Lalu apakah wushul itu ada finishnya, padahal dalam Al-Qur'an surat Al-Hijr telah dijelaskan :





وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ (99)



99. Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).





Al-Washilin bukanlah orang yang berhenti dan tidak beribadah lagi, tapi dia adalah orang yang telah lama beribadah dan membersihkan nafsunya. Dia telah menempuh jarak yang sangat jauh sehingga kegelapan nafsu menjadi hilang dan hanya cahaya hati lah yang nampak. Dia selalu berusaha beribadah karena terkadang kegelapan tersebut datang kembali dan cahaya yang telah muncul terkadang hilang lagi. Mereka inilah yang mendapatkan hidayah oleh Allah untuk menuju jalan yang benar. Dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabut : 69 telah disebutkan :



وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69)

69. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.







Memang dalam hidup ini ada sebab dan ada musabbab. Kita bisa kenyang karena telah makan, dan kita bisa memotong karena ada pisau. Namun Al-Washilun tidak memandang sebab-sebab tersebut karena semua itu adalah dari Allah swt. Dulu dia dikuasai oleh nafsu tapi sekarang sudah terbebas. Inilah yang disebut dengan Al-Wasilun. Dia bukannya berhenti dalam beribadah tapi justru selalu beribadah sampai mati. Bukan berarti kalau sudah sampai pada makam yang tinggi dia tidak lagi beribadah dan berani menerjang keharaman.



Adapun As-Sairin adalah orang yang berjalan menuju Allah melalui tazkiyyatun nafsi (membersihkan nafsu) dengan mujahadah-mujahadah. Orang yang baru dalam perjalanan terkadang jalannya terang dan terkadang gelap. Al-Wasilun dan As-Sairun tidak memandang amalnya karena mereka tidak meyakini apakah amal yang dikerjakan itu baik dan sesuai dengan kehendak Allah.



Kalau ada orang yang menganggap bahwa dia selalu melakukan amal baik dan semua perintah Allah telah dilakukan maka itu merupakan penyakit ujub yang harus dihindari. Orang yang semakin dekat dengan Allah maka dia akan merasa bahwa dia tidak mampu untuk memenuhi hak-hak Allah. Amal yang telah dilakukan selalu terasa sedikit dan kurang. Dan dia juga merasa bahwa dia bukanlah orang yang dekat kepada Allah swt.



Imam Junaid Al-Baghdady pernah berkata :



لا يصفو لاحد قدم في العبودية حتي تكون الافعال كلها عنده رياء واحواله كلها عنده دعاوى



Imam Junaid selalu mujahadah dan wushul kepada Allah sehingga dia merasa bahwa semua amalnya adalah riya' dan keramat-keramatnya adalah da'awy (pendakwaan yang tidak ada artinya). Orang yang berhasil menuju derajat hakiki adalah orang yang bisa seperti Imam Junaid ini.



Al-Washilun dan As-Sairun semakin dekat kepada Allah maka dia merasa bahwa dia belum wushul kepada Allah karena bisa saja semua derajatnya adalah cobaan dari Allah swt. Jadi dia merasa takut karena semua keistimewaan adalah dari Allah. Oleh karena itu tidak ada yang diingatnya kecuali hanya Allah swt semata.





Jika mereka tidak melihat amal mereka lalu bagaimana mereka beribadah? Apakah ibadah mereka tidak sesuai dengan syari'ah?



Semua wali Allah pasti beramal secara sah dan sesuai dengan syari'at namun amal tersebut tidak dipandang oleh mereka karena semua adalah anugrah dari Allah swt. Oleh karena Imam Ahmad Ar Rifa'I pernah berkata :



الاولياء يستترون كاستتار المرءة من دم الحيض



"wali-wali Allah tidaklah menampakkan keramatnya sebagimana perempuan yang menutupi darah haidnya"
Wallahu a'lam

CAHAYA ADALAH TENTARA HATI

Hati bisa sampai kepada Allah karena ada nur (cahaya) yang dibaratkan oleh Ibnu Athaillah sebagi tentara hati, sedangkan kegelapan adalah tentara nafsu. Nur di sini bukanlah sinar seperti matahari tapi nur adalah suatu perasaan dalam hati sehingga manusia bisa merasakan enak dan luasnya perasaan. Kalau nur dan nafsu berperang maka semuanya tergantung kepada Allah. Kalau Allah menghendaki kemenangan nur maka manusia akan menjadi baik dan sebaliknya jika nafsu yang menang maka dia akan menjadi jahat.



النور جند القلب كما أن الظلمة جند النفس . فإذا أراد الله أن ينصر عبده أمده بجنود الأنوار وقطع عنه مدد الظلم والأغيار



"Cahaya adalah Tentara kalbu sebagaiman kegelapan adalah tentara nafsu. Ketika Allah hendak menolong hambanya, dia membantunya dengan tentara cahaya dan memutus bantuan kegelapan dan kepalsuan"





Hati bisa sampai kepada Allah karena ada nur (cahaya) yang dibaratkan oleh Ibnu Athaillah sebagi tentara hati, sedangkan kegelapan adalah tentara nafsu. Nur di sini bukanlah sinar seperti matahari tapi nur adalah suatu perasaan dalam hati sehingga manusia bisa merasakan enak dan luasnya perasaan. Kalau nur dan nafsu berperang maka semuanya tergantung kepada Allah. Kalau Allah menghendaki kemenangan nur maka manusia akan menjadi baik dan sebaliknya jika nafsu yang menang maka dia akan menjadi jahat.





Sekarang bagaimana kita mendapatkan nur?



Kita harus menawarkan diri kita kepada Allah sehingga mendapatkan rahmat dari-Nya. Kalau kita telah diberi jalan oleh Allah maka tidak ada yang bisa menghalang-halanginya. Allah telah berfirman dalam surat Al-Ankabut : 69



وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69) [العنكبوت/69]



69. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.



Kalau kita telah diberi rahmat oleh Allah maka kita akan dekat dengan-Nya. Dan ini adalah nikmat yang paling besar. Allah tidak akan merubah nikmat yang telah dia berikan kecuali manusia sendiri yang telah merubah. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Anfal : 53



ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (53) [الأنفال/53]



53. (siksaan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang Telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

[621] Allah tidak mencabut nikmat yang Telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.





Kalau kita memperlihatkan diri kita pada Allah maka Allah akan mendekat pada kita. Tapi kalau kita memperlihatkan diri kita pada dunia maka Allah akan menjauh. Oleh karena itu kita tidak boleh meninggalkan Al-Qur'an karena itu adalah kitab Allah yang dapat mendekatkan diri kita dengan-Nya. Dalam surat Fathir ayat 29 telah dijelaskan



إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29)

[فاطر/29]



29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,







Di dunia ini kalau kita berdagang maka bisa untung dan bisa rugi. Kalau ingin beruntung maka kita tidak boleh meninggalkan Al-Qur'an, harus membaca sesuai makhrajnya dan jangan lupa mengangan-angan artinya. Kita juga tidak boleh meninggalkan shalat tahajjud sebelum subuh, memperbanyak istighfar dan membaca



سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله هو الله اكبر



sebanyak 100 kali serta sholawat sebanyak 100 kali. Sholawat ini bukanlah untuk mendoakan nabi tapi kitalah yang membutuhkan barokah dari nabi karena kita juga telah tahu bahwa kebaikan adalah hidayah dari nabi dan kita harus membalas budinya. Dalam hadits telah disebutkan





حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ عَنْ الطُّفَيْلِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ



كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَهَبَ ثُلُثَا اللَّيْلِ قَامَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ اذْكُرُوا اللَّهَ جَاءَتْ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ قَالَ أُبَيٌّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلَاتِي فَقَالَ مَا شِئْتَ قَالَ قُلْتُ الرُّبُعَ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قُلْتُ النِّصْفَ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ قُلْتُ فَالثُّلُثَيْنِ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قُلْتُ أَجْعَلُ لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا قَالَ إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ



سنن الترمذى - (ج 8 / ص 497)



Dalam hadits di atas dijelaskan bahwa sahabat Ubay bertanya kepada Rasulullah : "wahai Rasulullah saya telah memperbanyak sholawat kepada engkau, berapa saya harus membacanya?" Rasulullah menjawab : "terserah kamu" sahabat Ubay menjawab : "seperempat dari waktuku", Rasulullah menjawab : "terserah kamu jika kamu mau menambah maka itu lebih baik" sahabat Ubay menjawab : setengah dari waktuku, Rasulullah menjawab : "terserah kamu jika kamu mau menambah maka itu lebih baik" sahabat Ubay menjawab : dua pertiga dari waktuku", Rasulullah menjawab : "terserah kamu jika kamu mau menambah maka itu lebih baik", sahabat Ubay menjawab : "saya akan menjadikan semua waktuku untuk sholawat kepadamu". Rasulullah menjawab : "jika demikian maka kesusahanmu akan dihilangkan dan dosamu akan diampuni".





Seorang kyai, ulama' dan ustadz harus tahu bagaimana agar dakwahnya berhasil yaitu harus menuju kepada Allah sehingga hati mereka mendapatkan nur ilahi. Pakar-pakar islam bisa berhasil dalam dakwah mereka kalau mereka memiliki nur. Oleh karena itu orang islam sekarang ini mengalami banyak kemunduran karena meninggalkan hati (dari nur ilahi) dan mengedepankan akal mereka. Sekali lagi kita harus tahu bahwa nur adalah tentara hati sedangkan kegelapan adalah tentara nafsu.

Wallahu a'lam

CAHAYA HATI

Allah memberi Al-Warid lewat نور dan menuju hati agar bisa dekat kepada Allah. Hati adalah suatu organ tubuh yang berisi perasaan-perasaaan yang mendorong pada kebaikan dan mencegah maksiat. Hati dibuat Allah agar manusia cinta kepada-Nya. Namun ketika manusia sibuk dengan dunia yang notabene melalaikan manusia dari Allah maka dia disebut قطاع الطريق (pemberontak).

الأنوار مطايا القلوب والأسرار



"Cahaya adalah kendaraan hati dan rahasia-rahasia"





Allah memberi Al-Warid lewat نور dan menuju hati agar bisa dekat kepada Allah. Hati adalah suatu organ tubuh yang berisi perasaan-perasaaan yang mendorong pada kebaikan dan mencegah maksiat. Hati dibuat Allah agar manusia cinta kepada-Nya. Namun ketika manusia sibuk dengan dunia yang notabene melalaikan manusia dari Allah maka dia disebut قطاع الطريق (pemberontak). Dia seperti perampok yang menghadang di jalan dan agar selamat dari dari perampok tersebut, maka hati harus ingat dan menghayati firman Allah dalam surat Al-Imran : 14:





زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ (14) [آل عمران/14]



14. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

[186] yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.





Kesenangan-kesenangan duniawi telah merampok hati sehingga lalai kepada Allah. Akhirnya hati hanya mengurusi keindahan dunia. Hakikat dari semua keindahan adalah Allah karena dialah yang menciptakan segala sesuatu. Setelah manusia diberi Al-Warid oleh Allah maka manusia akan tahu bahwa semua itu datangnya adalah dari Allah swt.



Inilah yang dikehendaki oleh Rasulullah saw kepada sahabat Abu Harits Al-Anshari. Rasulullah bersabda :



عبد نور الله قلبه



"Abu Harits adalah hamba yang telah disinari hatinya oleh Allah"





Jadi nur (cahaya Allah) adalah kendaraan hati. Seseorang ingin menuju Jakarta maka dia membutuhkan kendaraan. Begitu juga dengan hamba yang ingin menuju kepada Allah, maka dia juga membutuhkan kendaraan yaitu nur (cahaya).


Wallahu a'lam

Sabtu, 19 Maret 2011

TUJUAN AL WARID

الوارد adalah sesuatu yang datang dari Allah (berupa kebaikan) dan masuk dalam hati seorang hamba. Al-Warid ini berbeda dengan ilmu pengetahuan karena implikasinya bisa baik dan bisa jelek. Oleh karena itu Al-Warid memiliki dua rukun yaitu : 1. Sesuatu yang baik 2. Masuk ke dalam hati bukan akal

( 52 ) إنما أورد عليك الوارد لتكون به عليه وراداً

"Allah memberimu Al-Warid agar engkau mendekat kepada-Nya"

( 53 ) أورد عليك الوارد ليستلمك من يد الأغيار ويحررك من رق الآثار

"Allah memberi Al-Warid untuk menyelamatkanmu dari cengkeraman bayang-bayang ciptaan dan membebaskanmu dari diperbudak oleh benda-benda ciptaan"



( 54 ) أورد عليك الوارد ليخرجك من سجن وجودك إلى فضاء شهودك



"Allah memberimu Al-Warid untuk melepaskanmu dari penjara wujudmu menuju cakrawala penyaksianmu"

1. PENJELASAN

الوارد adalah sesuatu yang datang dari Allah (berupa kebaikan) dan masuk dalam hati seorang hamba. Al-Warid ini berbeda dengan ilmu pengetahuan karena implikasinya bisa baik dan bisa jelek. Oleh karena itu Al-Warid memiliki dua rukun yaitu :

1. Sesuatu yang baik

2. Masuk ke dalam hati bukan akal

2. CONTOH HAMBA YANG TERKENA AL-WARID :

Seorang hamba yang sibuk dengan urusan dunianya. Suatu ketika dia langsung benci dan tidak mau mendekati dunia itu lagi. Suatu ketika di berjalan dan melihat sampah yang bertebaran. Kemudian ia ingat dan menyadari bahwa dunia itu seperti sampah yang tidak ada gunanya. Inilah Al-Warid yang diberikan oleh Allah kepada seorang hamba yang dicintai-Nya. Orang yang selalu menuruti hawa nafsunya kemudian suatu hari dia membaca Al-Qur'an surat Al-Baqarah : 34

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (34) البقرة/34

34. Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

[36] sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, Karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.

Setelah itu hatinya langsung sadar. Dia berpikir kenapa selama ini hatinya selalu mengikuti syaitan yang telah menjadi musuhnya. Syaitan telah diusir oleh Allah dan ditempatkan di dunia ini karena maksiat kepada-Nya. Dalam Al-Qur'an telah disebutkan :

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا [الكهف/50]

50. Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam[884], Maka sujudlah mereka kecuali iblis. dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.

Kenapa dia tidak mau menjadikan Allah sebagai kekasihnya dan justru mendekatkan diri dengan syaitan yang jelas-jelas telah menjerumuskannya. Orang ini bisa sadar dari keterpurukannya karena mendapatkan Al-Warid dari Allah swt.

3. TUJUAN

Allah memberikan warid kepada hamba yang dicintai-Nya dengan tujuan antara lain :

a. Agar kita menuju kepada Allah, tidak hanya wushul saja tapi hati kita juga senang kepada-Nya.

Kita bisa demikian kalau sudah bisa lepas dengan اغيار (dunia) dan penyakit hati dengan berbagai macam-macamnya seperti dengki hari, sombong, riya, ingin mulia dan lain sebagainya. Dengan adanya Al-Warid maka semuanya akan hilang sehingga hanya Allahlah yang kita cintai.

b. Untuk menyelamatkan kita dari selain Allah.

Hati seorang manusia memang bertentangan antara syahwat dengan nurnya. Kemudian Allah memberi Al-Warid agar kita memuliakan-Nya sehingga nafsu manusia bisa kalah. Hal ini tak lain karena nafsu adalah ciptaan-Nya. Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an :

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا [الشمس/7]

7. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),

Nafsu memang ada yang فجور dan ada yang تقوي. Jadi, nafsu itu selalu bertentangan. Ada yang baik dan ada yang jelek. Kebaikan bisa menang kalau kita diberi Al-Warid oleh Allah swt. Oleh karena itu, kita harus selalu banyak berdo'a dan berdzikir agar Al-Warid selalu menetap pada diri kita.

Dengan Al-Warid orang tidak lagi memikirkan dunia, tapi selalu menuju akhirat. Sahabat Harits Ibn Malik pernah ditanya oleh Rasulullah. Ya Harits bagaimana kamu bangun pagi ? Sahabat Harits menjawab : saya beriman dengan sempurna. Rasulullah pun bertanya : pikirkanlah apa yang kamu ucapkan, apa bukti keimananmu? Sahabat Harits menjawab : Saya telah meninggalkan dunia, saya tidak tidur di malam hari dan saya berpuasa di siang hari. Saya seperti telah melihat kerajaan Allah. Saya melihat penduduk surga saling berkunjung dengan yang lain dan saya melihat penduduk neraka saling menderita di sana. Rasulullah pun menjawab : kamu telah mendapatkan makrifat dan kamu telah diberi cahaya oleh Allah.

Sahabat Harits bisa demikian karena dia mendapatkan Al-Warid dari Allah swt. Mungkin dia selalu membaca dan mengangan-angan ayat Al-Qur'an :

لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلَادِ [آل عمران/196]

196. Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak[260] di dalam negeri.

[260] Yakni: kelancaran dan kemajuan dalam perdagangan dan perusahaan mereka.

c. Melepaskan manusia dari اثار (sesuatu selain Allah/ciptaan Allah).

Ibnu Athaillah menjelaskan dalam hikmahnya :ويحررك من رق الآثار

Semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah swt. Kalau terjadi bencana seperti gempa bumi, banjir, gunung meletus, maka yang diingat hanyalah siapa penciptanya. Semua sesuatu adalah atsar dari Allah sehingga yang perlu ditakuti hanyalah Allah swt. Kalau kita diberi harta oleh Allah, maka kita akan menyadari bahwa itu adalah anugrah dari Allah. Di dalam Al-Qur'an telah disebutkan :

إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ [العنكبوت/17]

17. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta[1146]. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.

[1146] Maksudnya: mereka menyatakan bahwa berhala-berhala itu dapat memberi syafaat kepada mereka disisi Allah dan Ini adalah dusta.

yang menjadikan adanya bencana hanyalah Allah swt. Sebelum mendapatkan Al-Warid maka seorang hamba akan meyakini bahwa gempa terjadi karena lempengan-lempengan bumi telah retak, namun setelah ada Al-Warid maka keyakinan tersebut akan hilang karena semua bencana yang terjadi di bumi ini adalah karena Allah.

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ [الملك/16]

16. Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?,

Nabi Nuh pernah berdebat dengan putranya (Kan'an). Ketika Nabi Nuh diperintahkan Allah untuk menaiki kapal, maka dia mengajak putranya agar mau ikut dengannya. Namun putranya menolak karena masih bergantung pada atsar. Putranya mengatakan bahwa dia akan menaiki gunung sehingga bisa selamat dari banjir.

قَالَ سَآَوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ [هود/43]

43. Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!"

Hal ini sangat berbeda dengan sikap Nabi Nuh sendiri karena dia telah mendapat Al-Warid dari Allah swt. Dia telah meyakini bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan dari bencana Allah kecuali Allah sendiri.

قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ [هود/43]

Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari Ini dari azab Allah selain Allah (saja) yang Maha penyayang". dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; Maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.

d. Mengeluarkan manusia dari maqam wujud menuju maqam syuhudullah.

Maqam wujud adalah maqam ketika seorang hamba hanya memikirkan diri sendiri atau lebih dikenal dengan istilah falsafah wujudiyyah. Hamba tidak memandang adanya undang-undang / lingkungan sekitar sehingga dia melakukan sesuatu yang dia inginkan tanpa memandang adanya orang lain. Akhirnya dia akan hancur karena sangat mustahil seseorang bisa bebas dari undang-undang. Contoh konkritnya adalah ketika seseorang ingin hidup sehat tapi kenyataannya dia bisa sakit. Seseorang ingin kaya tapi realitanya dia justru hidup miskin.

Memang banyak sekali orang yang ingin terlepas dari undang-undang atau aturan syari'at. Seperti halnya orang laki-laki yang memakai gelang, anting-anting dan kalung. Mereka ingin hidup bebas dan inilah yang disebut dengan falsafah wujudiyyah. Namun ketika seseorang telah mendapatkan Al-Warid maka semua keinginan tersebut akan hilang. Orang yang tidak mau melakukan syari'at islam berarti juga mengikuti falsafah wujudiyyah, tapi kalau sudah terkena Al-Warid maka dia akan mulai sadar dan akan mengangan-angan semua yang ada di bumi ini.

قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الْآَيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ [يونس/101]

101. Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".

4. BAGAIMANA CARA MENDAPATKAN AL-WARID

Untuk mendapatkan Al-Warid dari Allah maka kita harus banyak membaca Al-Qur'an dan mengangan-angan isinya. Allah telah menciptakan banyak sekali tanda-tanda kekuasaan-Nya di bumi ini. Oleh karena itu kita harus mau untuk berpikir dan memahami semua ciptaan-Nya. Allah telah berfitman :

وَكَأَيِّنْ مِنْ آَيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ [يوسف/105]

105. Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.

Akan tetapi terkadang seseorang tidak mendapatkan Al-Warid karena dia berpaling dari ayat-ayat Allah. Ada juga orang yang berasumsi bahwa seharusnya kalau ingin berhaji kita tidak perlu pergi jauh-jauh ke Makkah karena yang paling penting adalah tubuh dan hati kita dekat kepada Allah. Ini adalah salah satu penyebab seorang hamba tidak mendapatkan Al-Warid dari Allah swt. Jadi untuk bisa wushul kepada Allah, maka jalannya adalah kita harus mengaangan ayat-ayat yang merupakan bukti kekuasaan dan kebesaran Allah swt.

Wallahu a'lam

JANGAN MENYEPELEKAN AMAL

Dalam hikmah ini Ibnu 'Athaillah menjelaskan bahwa seorang hamba tidak boleh meremehkan suatu amal walaupun sangat kecil. Belum tentu amal yang kelihatan besar akan sangat mudah diterima oleh Allah swt. Karena amal yang dipandang adalah keihlasannya, maka walaupun berupa ibadah dan pekerjaan yang tidak berarti, di sisi Allah akan sangat berharga jika disertai rasa ihlas.

لا عمل أرجى للقبول من عمل يغيب عنك شهوده ويحتقر عندك وجوده

"Tiada amal yang lebih bisa diharapkan untuk diterima ketimbang amal yang tidak engkau sadari dan engkau pandang tidak berarti"

Dalam hikmah ini Ibnu 'Athaillah menjelaskan bahwa seorang hamba tidak boleh meremehkan suatu amal walaupun sangat kecil. Belum tentu amal yang kelihatan besar akan sangat mudah diterima oleh Allah swt. Karena amal yang dipandang adalah keihlasannya, maka walaupun berupa ibadah dan pekerjaan yang tidak berarti, di sisi Allah akan sangat berharga jika disertai rasa ihlas.

Seorang hamba jika melakukan ibadah maka dia harus sadar dan tidak boleh lupa untuk meminta pertolongan dari Allah swt. Sekecil dan seenteng apapun ibadah yang dikerjakan jika tidak mendapatkan pertolongan dari Allah maka pasti tidak akan terwujud. Dalam Al-Qur'an telah disebutkan :

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) [الفاتحة/5]

5. Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan[7].

[6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, Karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.

[7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.

Oleh karena itu seorang mukmin juga harus melakukan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada ummatnya.

لا حولا ولا قوّة إلا بالله

Artinya :

"Tidak ada daya untuk melakukan ibadah dan tidak ada kekuatan untuk menjauhi maksiat kecuali Allah"

استعن بالله ولاتعجز وان أصابك شئ فلا تقل لو أني فعلت كذا لكان كذا, فان لو تفتح عمل الشيطان ولكن قل قدر الله وما شاء فعل. (رواه مسلم)

Artinya :

"Mintalah pertolongan pada Allah dan janganlah lemah, jika kamu tertimpa sesuatu janganlah kamu mengatakan bahwa sendainya saya melakukan seperti ini niscaya tidak akan terjadi seperti ini, karena mengandai-andai itu akan membuka pintu syaitan. Akan tetapi katakanlah bahwa Allah telah menakdirkan seperti ini dan Allah berhak untuk melakukan apa saja yang Dia inginkan"

Kalau seorang hamba telah merasa ditolong oleh Allah maka dia akan merasa bahwa dia belum melakukan suatu amal dan ketaatan. Dia akan merasa bahwa amal yang telah dilakukan adalah amal yang masih sedikit dan tidak bisa dibanggakan, walaupun begitu dia tidak boleh melupakan untuk selalu berdo'a dan meminta pertolongan kepada Allah sebagaimana do'a yang telah diajarkan oleh Rasulullah kepada sahabat Muadz.

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ أَخَذَ بِيَدِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي لَأُحِبُّكَ يَا مُعَاذُ فَقُلْتُ وَأَنَا أُحِبُّكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا تَدَعْ أَنْ تَقُولَ فِي كُلِّ صَلَاةٍ رَبِّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

سنن النسائي - (ج 5 / ص 86)

Sayyidah 'Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah tentang ayat :

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60) [المؤمنون/60]

60. Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka[1008],

[1008] Maksudnya: Karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, Maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah-sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Tuhan.

Sayyidah 'Aisyah menanyakan kenapa orang yang bersedekah tersebut takut kepada Allah padahal dia melakukan amal kebaikan. Lalu Rasulullah menjawab bahwa mereka takut kalau amal yang mereka kerjakan tidak diterima oleh Allah swt.

Orang yang paling takut kepada Allah adalah orang yang paling dekat kepada-Nya. Seperti para Khulafah Al Rasyidin. Sayyidina umar adalah orang yang sangat takut kepada Allah. Suatu ketika dia pernah melihat seorang wanita yang menanak batu karena tidak memiliki apapun. Hal ini dilakukan untuk menjaga hati anak-anaknya yang telah sangat lapar. Sayyidina umar selaku kepala negara merasa bersalah karena tidak mengetahui ada rakyatnya yang menderita. Akhirnya dia membawa sekarung beras yang dibawanya sendiri untuk diberikan kepada wanita tersebut. Lalu seorang budaknya berkata : biar saya yang membawanya wahai tuanku. Lalu sayyidina umar menjawab : apakah kamu akan membawa dosa-dosaku di hari kiamat. Dasar kamu tidak memiliki ibu.

Suatu hari sayyidina umar sholat dan membaca ayat :

إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ لَوَاقِعٌ (7) مَا لَهُ مِنْ دَافِعٍ (8) [الطور/7، 8]

7. Sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi,

8. Tidak seorangpun yang dapat menolaknya,

Lalu dia pingsan seketika. Hal ini terjadi karena dia sangat takut kepada Allah. Suatu ketika sayyidina Umar juga bertemu sahabat Khudzaifah. Lalu dia bertanya : apakah saya ini termasuk orang yang munafik? Betapa takutnya sayyidina Umar sehingga dia juga pernah meminta do'a kepada orang yang masih kecil. Dia berkata : do'akanlah aku karena kamu adalah orang yang belum berdosa. Ini semua adalah amal yang telah dilakukan oleh sayyidina Umar yang notabene adalah orang yang sangat mulia di sisi Allah. Lalu bagaimana dengan seorang hamba seperti kita. Untuk itu apa yang telah diajarkan oleh Ibnu 'Athaillah tidak boleh kita lupakan bahwa tidak ada amal yang lebih bisa diharapkan untuk diterima ketimbang amal yang tidak engkau sadari dan engkau pandang tidak berarti.

Wallahu a'lam

Minggu, 13 Maret 2011

DOSA KECIL DAN DOSA BESAR

Dosa kecil jika dilakukan terus-menerus maka akan menjadi besar. Dosa menjadi besar karena dia melakukan dosa tersebut tanpa menyadari bahwa dia telah melakukan maksiat kepada Allah swt. Dia merasa bahwa yang dilakukannya adalah tidak apa-apa. Kalau seseorang sudah terbiasa melakukan dosa kecil, maka dia tidak merasa bahwa dia telah melakukan dosa seperti halnya gashab yang terbiasa dilakukan oleh para santri.







لا صغيرة إذا قابلك عدله ولا كبيرة إذا واجهك فضله

"Tiada dosa kecil bila dihadapkan pada keadilan-Nya dan tiada dosa besar bila dihadapkan pada karunia-Nya"

Ibnu ‘Athaillah menjelaskan dalam hikmahnya bahwa tidak ada dosa kecil jika keadilan Allah menghadap kita, juga tidak ada dosa besar jika fadhal Allah yang menghadap. Oleh karena itu orang yang telah melakukan dosa besar jika mendapatkan anugerah dari Allah maka dosa tersebut akan terhapus. Hal ini sesuai dengan firman Allah :





إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا [النساء/31]

31. Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).

Ayat di atas menjelaskan bahwa jika kita menjauhi dosa besar yang dilarang maka dosa kecil akan dihapus. Ada orang jahat yang telah membunuh 99 orang, setelah itu dia bertanya pada seorang ulama'. Apakah dosanya masih bisa diampuni? Kemudian ulama' tersebut menjawab bahwa dia sudah tidak bisa diampuni lagi. Akhirnya ulama' tersebut dibunuh juga sehingga genaplah orang yang dibunuh menjadi 100 orang. Kemudian orang tersebut bertanya kepada ulama' yang lain. Namun ulama' yang ini menjawab bahwa walaupun dia telah membunuh banyak orang dan tidak bisa terhitung lagi, jika dia benar-benar ingin taubat kepada Allah maka Allah pasti akan mengampuninya. Akhirnya dia benar-benar taubat dan diminta untuk pergi ke Makkah. Namun di tengah perjalanan sebelum sampai ke Makkah dia meninggal. Dan Karena kesungguhan niatnya maka Allah menghapus semua dosanya dan memasukkannya ke dalam surga.

Ayat di atas juga menunjukkan bahwa dosa itu ada kalanya besar dan ada kalanya kecil. Dosa besar adalah dosa yang ada ancamannya dari Allah baik siksa di akhirat maupun balasan (الحد) di dunia. Dosa besar seperti halnya syirik (menyekutukan Allah), durhaka pada orang tua, membunuh, lari dari perang, zina, memakan harta anak yatim, sumpah palsu, minum minuman keras, meninggalkan shalat dan memutus persaudaraan. Sedangkan dosa kecil adalah dosa yang tidak ada ancamannya dari Allah swt.

Dosa kecil jika dilakukan terus-menerus maka akan menjadi besar. Dosa menjadi besar karena dia melakukan dosa tersebut tanpa menyadari bahwa dia telah melakukan maksiat kepada Allah swt. Dia merasa bahwa yang dilakukannya adalah tidak apa-apa. Kalau seseorang sudah terbiasa melakukan dosa kecil, maka dia tidak merasa bahwa dia telah melakukan dosa seperti halnya gashab yang terbiasa dilakukan oleh para santri.

Dosa dikatakan besar karena memandang hak-hak manusia yang lain. Dan dosa dikatakan kecil karena memandang hak-hak Allah saja tanpa adanya hak-hak adami. Atau ada hak-hak adami tapi hak tersebut sangatlah kecil. Hal ini tak lain karena adanya sebuah qaidah yang menyatakan bahwa :



حقوق الله مبنية علي المسامحة وحقوق العباد مبنية علي المشاحة

Akan tetapi jika kita memandang hak-hak Allah secara murni tanpa melirik qa'idah di atas maka semua dosa menjadi besar karena hak Allah itu tidak boleh dimaksiati.



وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيرًا [فاطر/45]

بِمَا كَسَبُوا di sini memang bersifat umum dan mencakup antara dosa kecil maupun dosa besar. Namun jika melihat ancaman pada lafadz مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ maka akan sangat besar akibat yang ditimbulkan. Dan pada dasarnya semua ini akan hilang jika kita memandang fadhal Allah swt.

BAGAIMANA AGAR SEMUA DOSA MENJADI KECIL?

Agar semua dosa mejadi kecil maka seseorang harus memiliki niat dan kesungguhan (عزم) bahwa dia tidak akan mengulangi maksiat. Dia juga harus merasa bahwa taat kita adalah karena anugrah Allah swt sehingga jika di tengah-tengah jalan kita maksiat, maka kita harus istighfar kepada Allah. Dan jika kita bisa melakukan ketaatan kepada Allah maka kita harus bersyukur kepada-Nya karena itu semua bisa terjadi karena pertolongan-Nya juga. Kita tidak boleh merasa bahwa taat tersebut adalah timbul dari kita sendiri. Karena jika taat tersebut tidak diterima oleh Allah maka semuanya akan sia-sia. Dalam Al-Qur'an telah disebutkan :



وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ [المؤمنون/60]

60. Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka[1008],

[1008] Maksudnya: Karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, Maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah-sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Tuhan.

Seseorang tidak boleh merasa bahwa dia bisa masuk islam dan melakukan shadaqah atau amal baik lainnya adalah karena dirinya sendiri. Dan seandainya dia tidak ditolong oleh Allah sehingga akhirnya melakukan maksiat maka dia harus berserah diri kepada Allah dan mengatakan bahwa sebenarnya dia sudah berusaha meninggalkan maksiat, namun nafsunya tidak kuat (lemah) sebagaimana sudah difirmankan Allah :



يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا [النساء/28]

28. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[286], dan manusia dijadikan bersifat lemah.

[286] yaitu dalam syari'at di antaranya boleh menikahi budak bila telah cukup syarat-syaratnya.

Kalau kita sudah berusaha dengan sungguh-sungguh dalam meninggalkan maksiat tapi belum mampu menghindarinya maka fadhal Allah akan menghadap pada kita dan akhirnya dosa besar akan menjadi kecil.

Jika ada orang yang selalu melakukan maksiat dari kecil lalu dia mengatakan bahwa dirinya tidak mungkin lagi dimaafkan oleh Allah sehingga akhirnya dia tidak mau mengakhiri maksiatnya maka ini adalah dosa yang sangat besar. Orang ini telah melakukan dosa yang sangat besar karena telah berputus asa dari rahmat Allah swt. Dalam Al-Qur'an Allah telah berfirman :



يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ [يوسف/87]

87. Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Agar fadhal Allah yang menghadap pada kita dan bukan keadilan-Nya maka kita tidak boleh menghina hak-hak Allah walaupun itu kecil. Orang yang terbiasa melakukan dosa kecil maka dia akan meremehkannya sehingga akhirnya menjadi besar. Suatu contoh adalah seseorang yang terbiasa makan menggunakan tangan kiri. Walaupun ini Cuma makruh tapi jika dilakukan terus-menerus maka akan meremehkan syari'at-syari'at islam.

Pada zaman nabi pernah ada sahabat yang makan menggunakan tangan kiri, lalu nabi menyuruhnya agar makan dengan tangan kanan, namun sahabat tersebut justru mengatakan bahwa dia tidak bisa. Lalu Rasulullah bersabda: kamu tidak bisa makan. Akhirnya sahabat tersebut benar-benar tidak bisa makan menggunakan tangannya karena mengalami kelumpuhan.

Imam Bisyr Al-Khafi pernah menemukan selembar kertas yang di dalamnya terdapat nama Allah. Kertas tersebut telah terinjak-injak oleh kaki-kaki orang yang lewat. Lalu dia mengambilnya dan membeli minyak seharga satu dirham. Kertas tersebut lalu diolesi dengan minyak dan ditaruh di atas tembok. Kemudian pada malam hari dia bermimpi ada orang yang berkata : "wahai Bisyr kamu telah mengharumkan namaku, maka aku akan mengharumkan namamu di dunia dan akhirat"

Contoh dosa kecil yang tidak boleh kita sepelekan adalah bercampur dengan lain jenis yang tidak mahramnya. Walaupun hal ini sudah sangat umum di kalangan masyarakat, namun kalau dilakukan terus-menerus maka akan menjadi dosa besar. Contoh lain adalah seorang perempuan yang memakai kerudung tapi rambutnya masih kelihatan. Walaupun kelihatan sepele namun jika dibiarkan maka akan sangat berbahaya. Oleh karena itu, seorang mukmin tidak boleh menganggap remeh sebuah dosa. Dalam sebuah hadits telah disebutkan :

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا قَالَ أَبُو شِهَابٍ بِيَدِهِ فَوْقَ أَنْفِهِ

صحيح البخاري - (ج 19 / ص 367)

Artinya : "Sesungguhnya seorang mukmin memandang dosanya seperti ketika dia duduk di lereng gunung, dia takut kalau gunung tersebut melongsorinya. Dan sesungguhnya orang yang fajir akan memandang dosanya seperti lalat yang terbang pada hidungnya. Kemudian Rasulullah berkata: seperti ini. Abu syihab berkata : Rasulullah menaruh tangannya di atas hidungnya"
#

#
Wallahu a'lam

JANGANLAH BERPRASANGKA BURUK PADA ALLAH SWT

Seorang hamba yang melakukan dosa tidak boleh beranggapan bahwa dosa yang telah dilakukannya adalah dosa besar yang tidak mungkin menjadikannya bisa dekat kepada Allah. Dia tidak boleh merasa bahwa Allah tidak akan mengampuni dosanya karena orang yang tahu bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Pemurah maka dosanya akan terasa kecil. Seorang hamba tidak boleh merasa bahwa kalau sudah berdosa maka Allah tidak akan mengampuninya sehingga akhirnya dia tidak mau melakukan ibadah dan justru melakukan maksiat kepada-Nya. Oleh karena itu Ibnu ‘Athaillah melarang hal tersebut.

لا يعظم الذنب عندك عظمة تصدك عن حسن الظن بالله تعالى فإن من عرف ربه استصغر في جنب كرمه ذنبه
“Janganlah suatu dosa yang terlihat begitu besar bagimu, merintangimu dari berprasangka baik kepada Allah. Sesungguhnya siapa yang mengenal Tuhannya akan menganggap dosanya tak seberapa dibanding kemurahan-Nya”

Seorang hamba yang melakukan dosa tidak boleh beranggapan bahwa dosa yang telah dilakukannya adalah dosa besar yang tidak mungkin menjadikannya bisa dekat kepada Allah. Dia tidak boleh merasa bahwa Allah tidak akan mengampuni dosanya karena orang yang tahu bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Pemurah maka dosanya akan terasa kecil. Seorang hamba tidak boleh merasa bahwa kalau sudah berdosa maka Allah tidak akan mengampuninya sehingga akhirnya dia tidak mau melakukan ibadah dan justru melakukan maksiat kepada-Nya. Oleh karena itu Ibnu ‘Athaillah melarang hal tersebut.

Kalau kita melakukan dosa kemudian takut kepada Allah dan menyesal telah melakukannya berarti kita telah menghargai diri kita sendiri karena kita takut pada siksa Allah. Kita diberi nikmat berupa mata, telinga, mulut, tangan dan kaki. Kemudian kita menggunakannya untuk maksiat kepada Allah, maka seharusnya kita malu. Oleh karena itu kita harus menggunakan nikmat yang telah diberikan oleh Allah untuk sesuatu yang menyenangkan-Nya.

Imam Fudhail Ibn Iyadh pernah wuquf di padang Arafah. Ketika semua orang sedang sibuk melakukan do’a, dia justru hanya diam, menundukkan kepala dan menangis. Hal ini dilakukan karena dia merasa telah banyak melakukan dosa dan yang baik adalah hanya terdiam serta merasa malu karena telah melakukan maksiat kepada Allah.

Jika seorang hamba mau melakukan kebaikan, maka Allah pasti akan membalas kebaikan tersebut. Dan kita sudah diberi kebaikan oleh Allah berupa nikmat-nikmat, oleh itu kita harus membalas kebaikan Allah yaitu dengan melakukan ibadah kepada-Nya. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an :
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ [الرحمن/60]
60. Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).

Dalam surat Al-Baqarah juga telah disebutkan :

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ [البقرة/245]
245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

Jika kita membaca ayat ini maka kita akan malu. Bagaimana mungkin Allah meminta hutangan kepada kita. Kita telah diberi kesehatan (احسان الله) sehingga bisa beribadah lalu bagaimana kita bisa membalas kebaikan Allah tersebut. Oleh karena itu kita tidak boleh menuntut sesuatu hal kepada Allah dan kita juga harus berkhusnu dzon kepada-Nya. Dalam sebuah hadits telah disebutkan :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ هُمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
صحيح مسلم - (ج 13 / ص 167)

#

Wallahu a'lam

MENYESALI KESALAHAN

من علامات موت القلب عدم الحزن علي ما فاتك من الموافقات وترك الندم علي ما فعلته من وجود الزلات


"Termasuk tanda-tanda matinya hati adalah tidak susah atas amal yang hilang dan tidak menyesal atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan"

Allah telah menciptakan hati kepada manusia. Isi hati adalah rasa takut kepada Allah SWT. Kalau hati manusia telah menyenangi suatu hal maka hati tersebut tidak bisa melepasnya. Begitu juga jika hati telah cinta kepada Allah maka tidak bisa untuk dihilangkan, namun kecintaaan tersebut bisa dikalahkan jika manusia menuruti hawa nafsunya. Manusia adalah mahluk yang lemah, terkadang ingin berta'at tapi terkadang juga melakukan maksiat. Allah telah berfirman dalam surat An-Nisa' ayat 28 :
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا (28
28. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah.

كل بني ادم خطاء وخير خطاء التوابون
"Semua manusia adalah orang yang salah dan sebaik-baik orang yang salah adalah orang yang mau bertaubat"

Manusia memang dijadikan sebagai mahluk yang lemah dan selalu bersalah, hikmahnya adalah agar mereka mau berlari kepada Allah SWT. Dalam Surat Al-Dzariyat : 50 telah dijelaskan :

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ (50
50. Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya Aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.

Kita bisa merasakan bahwa kita itu lemah jika kita telah bersalah dan kita tidak akan bermunajat kepada Allah jika kita belum melakukan dosa. Jika kita sudah merasa bersalah dan menyesali dosa atau kesalahan yang kita lakukan maka kita akan selalu berdo'a dan meminta kekuatan kepada Allah. Dan jika seorang hamba telah mampu melakukan hal ini maka dia akan seperti malaikat dan tidak ada kekuasaan bagi syaitan untuk mengganggunya. Inilah yang disebut Allah dalam Surat Al-Hijr : 42 :

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ (42



42. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.
Wallahu a'lam

Sabtu, 12 Maret 2011

JANGAN TINGGALKAN DZIKIR

لا تترك الذكر لعدم حضورك مع الله فيه لان غفلتك عن وجود ذكره أشد من غفلتك في وجود ذكره فعسى ان يرفعك من ذكر مع وجود غفلة الى ذكر مع وجود يقظة ومن ذكر مع وجود يقظة الى ذكر مع وجود حضور ومن ذكر مع وجود حضور الى ذكر مع وجود غيبة عما سوى المذكور وما ذلك علي الله بعزيز


"Janganlah kamu meninggalkan dzikir karena tidak adanya kehadiranmu kepada Allah, kelalaianmu dari dzikir kepada Allah itu lebih berat dari kelalaianmu dalam atau ketika berdzikir kepada Allah, Mungkin saja Allah akan mengangkatmu dari dzikir (disertai adanya lupa) menuju dzikir yang disertai ingat kepada Allah dan dari dzikir yang disertai ingat kepada Allah menuju dzikir yang disertai hadirnya hati dan dari dzikir yang disertai hadirnya hati menuju dzikir yang disertai hilangnya sesuatu selain Allah SWT. Dan semua itu bukanlah hal yang sulit bagi Allah SWT.

Dari hikmah di atas Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa dzikir itu ada 4 tahap :
1. lisan لسان )
2. Ingat dalam hati يقظة)
3. Hadirnya Hati حضور)
4. Hilangnya sesuatu selain Allah (غيبة عما سوى المذكور )

Kita dzikir kepada Allah tapi akal kita lupa lalu kita meninggalkannya, maka hal ini adalah suatu kesalahan yang sangat fatal. Lebih baik kita berdzikir walaupun hati kita lupa, karena suatu ketika Allah akan menjadikan kita dalam derajat يقظة lalu menuju derajat حضور dan sampai pada derajat غيبة عما سوى المذكور.

Orang ingat kepada Allah adalah dalam hati bukan di lisan. Hal ini telah dijelaskan Allah dalam surat Al-A'raf ayat 205 :

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ (205)
205. Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.

Dalam ayat di atas Allah mentaukidi dengan وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ, jadi kalau kita tidak ingat kepada Allah maka kita termasuk orang yang lupa. Dzikir dengan lisan adalah sebagai wasilah (penghubung) untuk ingat dalam hati. Seperti halnya kita ingin pergi menggunakan sepeda, kita tidak akan sampai pada tujuan kecuali dengan adanya sepeda tersebut.

Dzikir merupakan ibadah yang sangat penting. Dalam hadits yang diriwayatkan Abdullah Ibn Bisr dijelaskan :
ان رجلا قال يا رسول الله ان شرائع الاسلام قد كثرت علي فأخبرني بشيئ اتشبت به قال لا يزال لسانك رطبا من ذكر الله
"Seseorang pernah berkata : Wahai Rasulullah syariat-syariat islam telah banyak maka beritahulah aku tentang suatu amal yang bisa kupegang teguh, Rasulullah bersabda : jangan henti-henti lisanmu untuk selalu basah dari dzikir Allah"

Oleh karena itu Ibnu Athaillah menyuruh kita untuk selalu berdzikir walaupun dengan lisan dan lupa kepada Allah. Kita diperintahkan untuk membaca Al-Qur'an walaupun tidak ingat kepada Allah, karena suatu ketika cahaya Al-Qur'an (نور القران) akan menghilangkan lupa tersebut. Jika lupa tersebut telah hilang maka kita akan paham apa yang kita ucapkan. Walaupun tidak ada kontak (berdzikir tanpa ada rasa takut kepada Allah) tapi kalau kita sudah sampai pada maqam حضور maka kita akan paham dan takut kepada Allah dengan sendirinya. Dan ketika kita telah ingat kepada Allah dengan adanya kontak seperti Rasulullah dan Sahabat maka di mana pun kita berada yang kita ingat hanyalah Allah SWT.
كان رسول الله يذكر الله في كل حال
"Rasulullah SAW selalu ingat kepada Allah dalam semua keadaan"

Dzikir adalah amal ibadah yang sangat penting, banyak sekali dalam Al-Qur'an telah dijelaskan tentang urgensi dzikir bagi seorang hamba. Allah telah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 190-191 :

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.



Dalam hadits nabi juga disebutkan :

سبق المفردون قالوا ما المفردون يا رسول الله ؟ قال المستهترون بذكر الله يضع الذكر عنهم اثقالهم فيأتون الله يوم القيامة خفافا (رواه مسلم والترمذي وغيرهما

"Orang-orang yang memencil dari manusia telah mendahului (dalam beribadah), para sahabat bertanya: Siapakah orang yang memencil dari manusia wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Yaitu orang-orang yang memperbanyak dan selalu berdzikir kepada Allah, dzikir tersebut menghilangkan dosa-dosanya sehingga mereka datang kepada Allah pada hari kiamat dalam keadaan ringan"

الا انبئكم بخير اعمالكم وازكاها عند مليككم وارفعها في درجاتكم وخير لكم من انفاق الذهب والورق وخير لكم من ان تلقوا عدوكم فتضربوا اعناقهم ويضربوا اعناقكم ؟ قالوا بلى قال : ذكر الله

"Maukah kuberi tahu kalian tentang sebaik-baik dan sebersih-bersih amal kalian dihadapan tuhan, serta lebih tingginya amal dalam mengangkat derajat dan lebih baik dari pada menginfaqkan emas perak serta lebih baik dari pada berperang melawan musuh (kalian memukul leher-leher mereka dan mereka memukul leher-leher kalian). Para sahabat menjawab : ya , Nabi bersabda : Yaitu dzikir kepada Allah"

Hadits di atas menunjukkan bahwa shodaqah ataupun jihad jika tidak disertai dzikir kepada Allah maka tidak ada gunanya. Seperti halnya rumah dan segala isinya dengan kunci rumah tersebut, sudah pasti yang paling bagus adalah rumah dan isinya bukan kunci, namun kita tidak bisa mengambil isi rumah tersebut tanpa menggunakan kuncinya. Amal pun demikian, amal tidak bisa besar pahalanya tanpa disertai dzikir kepada Allah SWT.
Wallahu a'lam

Kamis, 10 Maret 2011

HUSNUDHON

إن لم تحسن ظنك به لاجل حسن وصفه فحسن ظنك به لوجود معاملته معك فهل عودك الا حسنا وهل اسدى إليك الا مننا

"Jika kita tidak bisa berprasangka baik kepada Allah SWT karena kebagusan sifatNya maka kamu berprasangka baiklah kepada Allah karena wujudnya perlukuanNya padamu. Bukankah Allah biasanya berbuat baik padamu? Bukankah Dia selalu memberikan padamu keanugrahan? "

Mu'min terbagi menjadi dua

Pertama: mu'min yang meyakini betul akan keindahan, kebagusan dan kasih-sayang Allah karena Allah adalah tuhan. Orang ini adalah orang pilihan Allah.karena dia tidak memerlukan dalil dan tanda akan ke bagusan Allah.dia telah husnuddzon pada Allah dengan tanpa memandang akan kenyataan yang ada di lapangan.
Kedua: mu'min yang meyakini akan kebaikan Allah tapi setelah melihat kenyataan di lapangan bahwa Allah selalu memberikan kebaikan padanya.

Nikmat Allah

Allah telah memberikan nikmat yang tak ternilai bagi kita. Mulai kecil (dalam janin) kita sudah dijaga oleh Allah SWT. Sebagaimana dalam Al-Qur'an Surat Al-Mu'minun : 13
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13)
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

Begitu juga ketika kita telah lahir, Allah memerintahkan malaikat untuk menjaga kita. Sebagaimana dalam surat Al-Ra'du ayat 11:

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

(11)

11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Allah juga memberikan nikmat kepada kita dengan menciptakan siang dan malam. Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Isra' ayat 12 :

وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آَيَتَيْنِ فَمَحَوْنَا آَيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آَيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلًا (12)

12. Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu Telah kami terangkan dengan jelas.

Nikmat Allah sangatlah banyak dan tidak ada batasnya. Allah memberikan nikmat yang sangat banyak tersebut agar kita tidak berprasangka buruk kepada Allah.
Dalam surat Al-Kahfi ayat 109 Allah telah berfirman :

قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

109. Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".
PERUMPAMAAN

Anak kecil selalu diberi uang dan disayang oleh orang tuanya, maka ketika disuruh, anak kecil tersebut selalu menurut karena orang tua mereka telah baik kepadanya. Kita juga telah diberi nikmat-nikmat dan kebaikan dari Allah SWT, lalu bagaimana mungkin kita tidak percaya kepadaNya.

Allah SWT telah menciptakan mahluk dan juga menciptakan undang-undang untuk mengatur mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al 'A'rof : 54 :

أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (54)

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah mempunyai perintah dua.

Satu: takwiny atau dalam bahasa Quran Kholq.yaitu penciptaan.Ketika Allah mengtakan "KUN" maka terjadilah alam semesta ini.lalu Allah menjadikan alam ini mempunyai tugas sendiri-sendiri yang tidak bisa dihindari oleh alam semesta ini.Amr takwiny ini mengenai mulai benda yang paling kecil yang tidak kasat mata sampai benda-benda besar seperti matahari rembulan dan planet-planet di atas kita.amr takwiny ini juga berlaku pada fungsi anggota badan kita.Allah mengatakan رينا الذي أعطى كل شيئ خلقه ثم هدى

Kedua: tasyri'i atau dalam bahasa Quran al-amr.Yaitu undang-undang Allah untuk mengatur ciptaanNya.yaitu perintah-perintah Allah pada aqal manusia, untuk dilakukannya sesuai dengan kemampuannya tanpa ada paksaan.

Allah menciptakan undang-undang tersebut untuk memandu manusia agar menuju pada jalan yang lurus. Dalam surat Al-Maidah ayat 15-16 telah disebutkan :
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ (15) يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (16)

15. Hai ahli kitab, Sesungguhnya Telah datang kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya Telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.

16. Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.



Sebetulnya Allah dengan amr takwiny bisa saja menjadikan manusia seperti makhluq-makhluq yang lain, yang cuma menuruti insting dan perasaan yang ditanamkan Allah pada dirinya, tapi Allah memulyakan manusia sehingga dia di berrikan amr tasyri'i untuk dilakukan dengan baik tanpa ada pemaksaan(ikhtiyary)

PERUMPAMAAN

Hubungan antara amr takwiny dan amr tasyri'i seperti alat televisi.televisi ketika dibuat oleh pabriknya maka dia akan memberikan buku panduan sebagai penunjuk cara memakai televisi tersebut.

Televisi dalam pembahasan kita adalah alam ray ini, adapun buku panduannya adalah perintah-perintah dan larangan-larangan yang termaktub dalam quran dan hadits.

Sungguh sangat mengherankan ketika manusia di anugrahi Allah undang-undang takwiny dengan bumi yang datar udara yang segar cakrawala di atasnya yang kesemuanya itu untuk kepentingan manusia, lalu dia menaruh curiga akan undang-undang tasyri'i yang berupa perintah-perintah Allah.

walhamdulillah

MINTALAH HAJAD KEPADA ALLAH SWT

لا ترفعن الى غيره حاجة هو موردها عليك فكيف يرفع غيره ما كان هو له واضعا من لا يستطيع ان يرفع حاجة عن نفسه فكيف يستطيع ان يكون لها عن غيره رافعا

"Janganlah Engkau mencari hajat kepada selain Allah (Dzat yang telah memenuhi semua hajat), bagaimana mungkin orang lain bisa memenuhi kebutuhanmu sedangkan Allah lah dzat yang telah memenuhi kebutuhannya. Orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, bagaimana mungkin bisa memenuhi kebutuhan orang lain"

Allah adalah dzat yang paling dahulu (كان الله ولم يكن شىء قبله ). Orang yang bisa menghilangkan suatu penyakit atau segala sesuatu adalah orang yang menaruh sesuatu tersebut yaitu Allah SWT (yang menciptakan pertama kali)

Memang benar bahwa segala sesuatu itu ada sebab-sebab (اسباب ) atau lebih dikenal dengan اسباب جعلية . Namun hal itu akan berfungsi jika bebarengan dengan perkara lain, seperti halnya menjadikan kenyang dengan adanya makan roti. Roti bukanlah perkara yang bisa menjadikan kenyang dengan sendirinya sebagaimana argumen Mu'tazilah. Namun yang menjadikan kenyang dalam hakikatnya adalah Allah SWT melalui perantaraan roti.

Sekarang ini banyak sekali orang yang salah persepsi dalam menanggapi adanya وسائط dan الاصل . Misalkan seorang Bupati memberikan hadiah kepada seseorang lewat tukang pos, maka orang tersebut akan berterima kasih kepada Bupati bukan pada tukang pos karena tukang pos hanyalah sebagai perantara saja (وسائط ) dan Bupati yang memberi hadiah tadi adalah sebagai الاصل . Begitu juga dengan obat, makanan dan lain-lain, semuanya adalah وسائط.

Allah memberikan musibah, penyakit dan siksaan, namun kebanyakan manusia tidak menyadari bahwa semua itu adalah cobaan dari Allah SWT. Karena mereka tidak merasa bahwa semua itu berasal dari Allah maka mereka tidak mau berdo'a kepada Allah SWT.

Dunia ini bisa diibaratkan sebuah mobil. Yang menggerakkan mobil tersebut adalah sopir bukannya mesin mobil itu sendiri. Dunia juga tergantung pada yang menyetirnya yaitu Allah SWT. Namun walaupun semua itu berasal dari Allah bukan berarti kita harus meninggalkan سلوك (bekerja) karena bekerja adalah undang-undang Allah dan kita harus mentaatinya.

Orang yang baik adalah orang yang tidak hanya berterima kasih kepada الاصل namun juga mau berterima kasih kepada الوسائط
من لم يشكر الناس لم يشكر الله

"Orang yang tidak mau berterima kasih kepada manusia maka dia tidak akan berterima kasih kepada Allah SWT"


Oleh karena itu Allah SWT menciptakan mahluk dan juga menciptakan undang-undang untuk mengatur mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al 'A'rof : 54

أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (54
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Al-Amru di sini adalah undang-undang untuk memerintah dan mengatur manusia agar berjalan pada jalur yang lurus.

Wallahu a'lam

DERAJAT WUSHUL

شعاع البصيرة يشهدك قربه منك وعين البصيرة يشهدك عدمك لوجوده وحق البصيرة يشهدك وجوده لا عدمك ولا وجوجك "Sinar mata hati ( شعاع البصيرة) menunjukkan kedekatan kita pada Allah SWT, sedangkan esensi mata hati (عين البصيرة ) menunjukkan ketiadaan kita karena wujudnya Allah dan kebenaran mata hati (حق البصيرة ) menunjukkan wujudnya Allah (bukan lagi menunjukkan ketiadaan atau wujud kita)"

شعاع البصيرة يشهدك قربه منك وعين البصيرة يشهدك عدمك لوجوده وحق البصيرة يشهدك وجوده لا عدمك ولا وجودك
"Sinar mata hati ( شعاع البصيرة) menunjukkan kedekatan kita pada Allah SWT, sedangkan esensi mata hati (عين البصيرة ) menunjukkan ketiadaan kita karena wujudnya Allah dan kebenaran mata hati (حق البصيرة ) menunjukkan wujudnya Allah (bukan lagi menunjukkan ketiadaan atau wujud kita)"

Dari Hikmah ini Ibnu Athoillah menjelaskan bahwa derajat manusia dalam wushul (sampai) pada maqam ihsan terbagi menjadi 3 :
1. شعاع البصيرة
Dalam maqam ini manusia hanya mengetahui hakikat dari penciptaan dan rahasia dari alam ini serta mengetahui Allah dengan sifat-sifatNya. Jika manusia telah sampai pada derajat ini maka mereka akan menjadi dekat pada Allah SWT.
عين البصيرة2.
Dalam maqam ini manusia memandang bahwa semua mahluk itu tidak wujud ( tidak ada ) karena yang ada hanyalah Allah SWT. Semua yang ada di dunia ini pasti ada yang menciptakan dan pencipta tersebut tak lain adalah Allah SWT. Maqam ini juga lebih dikenal dengan maqam Fana' (فناء ).
حق البصيرة.3
Maqam yang ketiga ini adalah maqam yang paling tinggi derajatnya karena dalam maqam ini manusia memandang bahwa semua mahluk itu ada tapi pada sisi lain mahluk itu juga tidak ada (غير موحود). Manusia tahu bahwa dirinya, keluarganya itu ada tapi juga berasumsi bahwa semuanya itu tidak ada karena yang ada hanyalah Allah SWT. Dalam maqam ini juga sering disebut dengan maqam Baqa' (بقاء )

Termasuk tsamroh (buah) dari maqam yang pertama adalah perasaan manusia bahwa dia itu merasa selalu diawasi oleh Allah SWT (مراقبة الله) sehingga menjadikan mereka takut pada Allah SWT. Seorang pengajar, pegawai, bendahara ataupun majikan akan takut dalam menjalankan tugasnya sehingga mereka tidak akan berani untuk bekerja seenaknya sendiri.

Hurmuz (utusan raja Kisra) pernah datang ke Madinah untuk menanyakan dan mengetahui bagaimana kerajaan Sayyidina Umar Ra. Namun betapa terkejutnya ketika Hurmuz melihat Sayyidina Umar tidur di luar rumah tanpa adanya penjaga. Sayyidina Umar tidak pernah merasa takut pada kematian dan beliau selalu merasa diawasi oleh Allah SWT sehingga selalu berbuat adil kepada rakyatnya.

Nabi Muhammad SAW selalu berkumpul dengan keluarga dan masyarakat namun beliau tidak pernah lupa kepada Allah. Ketika isra' mi'raj beliau berada dalam maqam Fana' karena yang diingat hanyalah Allah, namun setelah kembali ke bumi maka beliau berada pada maqam Baqa' karena kembali berinteraksi dengan masyarakat. Beliau juga berada dalam maqam Fana' ketika beliau sendirian (jauh dari masyarakaut) dan hanya ingat kepada Allah SWT. Para Sahabat Nabi juga demikian, terkadang berada dalam maqam Fana' dan terkadang berada dalam maqam Baqa'.

Dari ketiga maqam di atas, yang paling baik adalah maqam yang ketiga (Baqa'). Adapun masyarakat awam maka mereka baru berada pada maqam yang pertama yaitu hanya memikirkan ciptaan Allah SWT. Pada maqam yang kedua, ketika hamba sedang ingat kepada Allah maka dia akan hilang dan akan kembali lagi jika maqam itu telah pergi. Oleh karena itu maqam yang paling sulit adalah maqam yang ketiga (maqam Baqa')
Wallahu a'lam

MENGGAPAI CITA-CITA

ما توقف مطلب أنت طالبه بربك ولاتيسر مطلب أنت طالبه بنفسك Artinya: 1. tidak akan terhenti cita-cita yang kau cari dengan tuhanmu, 2.Dan tidak akan mudah cita-cita yang kamu cari dengan mengandalkan dirimu .

Artinya adalah kamu ketika ingin menggapai sesuatu dengan mengandalkan taufiq dari Allah, mengesampingkan kekuatan dan usahamu, maka kamu tidak akan rugi, kalah dan pasti akan berhasil. Sebaliknya kalau kamu mencari sesuatu itu dengan mengandalkan kekuatan dan usahamu maka pasti kamu tidak akan berhasil tapi kamu akan rugi dan kalah. DALIL-DALIL 1. Ayat yang paling jelas menerangkan tentang ini adalah: يا أيها الناس أنتم الفقراء الى الله والله هو الغني الحميد Arti dari "FAQR" di situ bukan kok cuma faqir harta, tapi segala kefaqiran dan kebutuhan itu tertanam dalam diri manusia; artinya manusia itu faqir dalam kekuatannya, dalam ilmunya, dan faqir dalam segala kebutuhannya seperti harta dan sebagainya.ketika dia bergerak maka Allah lah yang menggerakkannya, kalau dia beraktifitas di atas bumi ini, membangun, bertani, berkreasi, mencetuskan ide maka semua aktifitasnya itu dengan cuma pertolongan Allah. 2. Nabi Muhammad Saw menyuruh kita untuk memperbanyak berkata : لا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم Di riwayatkan oleh ibn ishaq bahwa sahabat Malik al-Asyja'i datang pada nabi saw, lalu matur: anakku Auf di tawan.lalu dia mengadu pada beliau susah ibunya. Maka nabi mengatakan: utus pada anakmu bahwa nabi memerintahkanmu untuk memperbanyak LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAHIL ALIYYIL ADZIM.lalu Allah menyelamatkannya dan mengembalikannya pada ke dua orang tuanya. 3. Dalil yang ketiga adalah perkataan nabi saw: المؤمن القوي خير وأحب الى الله من المؤمن الضعيف وفي كل خير.احرص على ما ينفعك.واستعن بالله ولا تعجز وان أصابك شىء فلا تقل لو أني فعلت كان كذا وكذا ولكن قل قدر الله وما شاء فعل فإن لو تفتح عمل الشيطان Dalam hadits ini baginda Rasul mendahulukan minta pertolongan pada Allah(ISTAIN BILLAH), mengakhirkan pencegahan supaya tidak lemah(WALA TA'JIZ). Arti dari pendahuluan dan pengakhiran ini adalah, supaya kita berdoa dan meminta dulu pada Allah, baru lalu usaha.usaha itu bisa berbuah kalau ada permintaan pada Allah. Semua kita pasti pernah mengalami ketika bangun tidur misalnya tidak bisa bangun, tiba-tiba tidak mampu untuk menggerakkan anggota badan kita.Fenomena apa ini? Jawabannya adalah karena Allah mencabut bantuannya pada kita.bagaimanapun ilmu modern menafsirkannya, tapi kenyataan bahwa Allah mencabut bantuannya adalah yang benar.ilmu modern cuma menafsirkan akibat(Atsar) dari keEsaan Alllah ini. ISYKAL DAN JAWABANNYA Sebagian orang yang bertanya-tanya bahwa saya melakukan belajar dengan mengandalkan pada diriku, tapi tetap saja saya berhasil, tidak berhenti seperti yang di ajarkan oleh Ibnu Ata'illah? Disini kita bisa menjawab bahwa yang di maksud Ibnu Ata'illah dengan terhenti(TAWAQQAFA) di sini bukan berarti Allah menghilangkan kekuatan dari orang ini, tapi yang di maksud adalah Allah menarik TAUFIQNYA dari orang ini. TAUFIQ disini bukan berarti dia pasti tidak lulus sekolah, tapi yang dimaksud adalah dia tidak akan mendapatkan tujuan dan hasil dari belajarnya. Juga isykal ini bisa di jawab bahwa apa yang dipaparkan Ibnu Ata'illah ini khusus bagi orang yang beriman, sebab kalau dia tidak iman maka ada undang-undang yang lain yaitu dawuh Allah كلا نمد هؤلاء وهؤلاء وما كان عطاء ربك محذورا Juga dalam ayat: ذرهم يأكلو ويتمتعواويلههم الأمل فسوف يعلمون BUKTI SEJARAH AKAN KEBENARAN HIKMAH INI. Kebenaran hikam ini bisa terbukti dalam perorangan atau indifidual, juga bisa di buktikan dalam sejarah kenegaraan dan masyarakat banyak,disini akan kita ketengahkan sejarah kehidupan umat islam dulu. Ketika Nabi saw perang badar, jumlah muslimin sangan tidak sebanding dengan qaum musyrikin, tapi mereka sangat tergantung pada kekuasaan Allah sehingga Allah memberikan kemenangan.doa mereka di abadikan oleh Quran: اذ تستغيثون ربكم فاستجاب لم أني ممدكم بألف من الملائكة مردفين Begitu juga ketika muslimin perang khondaq,khoebar,mu'tah,tabuk bahkan akhir dari perang uhud. Tapi ketika muslimin mengandalkan pada diri mereka pada hunain maka mereka kalah perang.perang hunain ini adalah bukti hikam Ibnu Ata'illah pada paruh ke dua. Allah mengabadikan perang hunain ini dalam quran: ويوم حنين إذ أعجبتكم كثرتكم فلم تغن عنكم شيئا Begitu juga sejaranya khulafa'urrosyidin, sholahuddin dan nuruddin zinky pada perang salib, juga muhammad al-fatih dalam penaklukannya pada kota kostantinopel Adapun keterpurukan muslimin saat ini membuktikan kebenaran paruh kedua dari hikmah Ibnu Ata'illah.keadaan ummat islam sekarang ini telah di gambarkan Nabi sejak dulu kala: يوشك أن تداعى عليكم الأمم كما تداعى الأكلة الى قصعتها قال أمن قلة نحن يومئذ؟ قال بل أنتم يومئذ كثير ولكنكم غثاء كغثاء السيل. وسينزعن الله الرهبة منكم من قلوب أعدائكم وسيقذفن في قلوبكم الوهن قالوا ماالوهن يا رسول الله؟ قال حب الدنيا وكراهية الموت Tapi disini perlu dipahami bahwa bukan berarti dengan percaya pada kekuatan Allah berarti tidak perlu usaha, tapi arti dari hikmah ini adalah bahwa keyakinan akan kekuatan Allah itu tertanam pada hati, adapun usaha adalah aktifitas anggota badan. Allah memerintahkan supaya kita meyakini bahwa kemenangan itu datangnya dari Allah: وما النصر لا من عند الله Tapi Allah juga memerintahkan untuk usaha: وأعدوا لهم ما استطعتم من قوة ومن رباط الخيل ترهبون به عدو الله وعدوكم
WALLAHU A'LAM

DUNIA ADALAH GODAAN

لا تترقب فراغ الأغيار فإن ذلك يقطعك عن وجود المراقبة له فيما هو مقيمك فيه

Jangan Menantikan Selesai (Habis)-Nya Hal-Hak Selain Alloh Hal Itu Akan Memutuskanmu Dari Wujudnya Muroqobah Kepada Alloh Pada Apa Yang Alloh Tempatkan Padamu

Uraian-uraian/ dalil

Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kehidupan di dunia ini penuh dengan adanya godaan, ujian, rayuan duni yang dapat membuat kita lalai, lupa dan jauh dari Tuhan semesta alam, Alloh SWT.

Bukankah Alloh telah berfirman :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ (14)

Artinya :

'Manusia itu telah diberi hiasan dengan syahwat (cinta) kekpada para wanita, anak, gemerlapnya emas dan perak, serta kendaraan indah, kekayaan dan lainnya. Semuanya itu permata dunia dan pada Alloh-lah tempat kembali terbaik". (QS. Imron:14)

Alloh juga berfirman :

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (20)

Artinya :

"...Kehidupan dunia tak lain hanyalah perhiasan dan rayuan". (QS. Al-Hadid: 20))

Dalam sebuah riwayat, Nabi SAW, bersabda :

الدنيا متاع وخير متاعها المرأة الصالحة

Artinya :

"Dunia ini perhiasan, dan perhiasan terbaik adalah wanita sholihah".

Bahkan ada riwayat lain :

الدنيا سجن المؤمن وجنّة الكافر

Artinya :

"Dunia itu merupakan penjara untuk orang mu'min, dan surga untuk orang kafir".

Maksudnya adalah karena dunia itu penuh kesulita, rintangan, bahkan godaan yang dapat menjauhkan kita dari Alloh SWT, maka dunia itu disebut dengan penjara dunia ini.

Kemudian apabila seseorang itu berupaya dan berusaha agar kehidupan dirinya terbebas dari sesuatu yang melalaikan tersebut, maka dia tidak akan pernah bisa menolak dan menghilangkan semua itu selama ia masih berkubang dan bersemayam di kehidupan dunia ini. Karena kesibukan-kesibukan ini hakkikatnya adalah materi ujian dan cobaan yang Alloh kehendaki untuk menguji hamba-hambanya, dengan begitu apabila mereka dapat menguasai rintangan dan mengatasi bahaya-bahayanya demi mematuhi perintah Alloh SWT, maka Alloh SWT akan menepati janjinya, melimpahkan ganjaran dan pahalanya, serta memuliakan mereka dengan keni'matan yang tetap dan kebahagiaan yang abadi. Namun, apabila hamba itu condong serta senang pada rintangan itu dan membiarkan rintangan tersebut menguasai mereka kemudian menunggu untuk terlaksanakannya tugas yang telah Alloh tetapkan pada mereka bahkan bisa menjadikan mereka sampai lupa kepada Alloh SWT, pesan dan hukumnya hanya disebabkan perkara tadi. Maka Alloh SWT akan melaksanakan ancamannya dan memberi hukuman kehidupan sengsara yang tiada henti kepada mereka.

Jadi, selama hidup di dunia, tiada harapan untuk selamat dari kesibukkan yang disebut Ibnu 'Atho'illah dengan kata-kata "", namun seseorang disuruh untuk hidup bersama banyaknya kesibukkan itu serta melawannya sehingga ia bisa menguasainya kemudia memanfaatkannya untuk menjalankan perintah dan keridloan Alloh SWT. Dan jangan sampai di biarkan kesibukkan tadi memanfaatkan dan menguasai dirinya untuk bermain di kubangan Lumpur syahwat dan kesenangan.

Inilah yang dimaksud kata-kata ulama "" maksudnya : kholwat yang dianjurkan oleh Alloh SWT, itu bukannya lari dari tatanan kehidupan dunia dan social masyarakat, lalu pergi ke gua-gua jauh yang tidak akan pernah bisa melilhat dan dilihat orang, tapi kholwat yang di syari'ahkan itu kamu memasuki medan kehidupan kemudian menguasai kotoran syawaghil (kesibukan dunia) dalam waktu sepenuhnya, lalu menghadapi arus-arus keindahan dan kesenangan syawaghil itu dengan sewenang-wenang terhadapnya, bukannya dia yang sewenang-wenang pada kita.

Tapi ada saja orang yang tidak tahu undang-undang ketuhanan dan hikmahnya ini, lalu ia menyerah pada kesibukan dunia dan bahayanya dengan mengatakan pada dirinya, bahwa dia akan menjumpai syawagtul itu lewat begitu saja dengan barang sebentar, kemudian dia nanti akan benar-benar konsen terhadap apa-apa yang Alloh SWT perintahkan pada dirinya.

Dan apabila dia sedang menjalani masa muda, maka hati nuraninya berkata :"Tunduk pada kesengan usia muda adalah suatu kejelekan tidak bisa di elakkan lagi. Namun usia itu kan sebentar lagi habis?" kemudian kehidupannya akan bersih dari segala penyakit dan kesenangan ? dan sebab gambaran ini ia terdorong untuk tambah patuh pada syawaghil, kemudian akan lupa rasa takut kepada Alloh SWT.

Dan apabila ia sedang menetap disuatu negeri eropa/ amerika untuk study atau dagang atau kebutuhan apapun, maka hatinya bilang tidak ada jalan kekuar untuk lari diri situasi yang mencekik ini, dan hanya ada satu pilihan yaitu menunggu lewat serta habisnya situasi ini, lalu berusaha menguasainya dan dari gambaran itu ia tambah menyerah pada situasi yang terkontaminasi itu tanpa mengerti kebutuhan apa agar selalu takut dan minta pertolongan pada Alloh SWT.

Begitulah sifat kebanyakan manusia dalam menghadapi kesibukan-kesibukan lain yang telah diputuskan Alloh SWT agar kehidupan ini bergejolak dengannya.

Obat

Obatnya dari sifat menyerah tadi adalah apa yang dikemukakan Ibnu 'Atho'illah tadi, karena setiap kita harus tahu bahwa menanti ter

Kesibukan-kesibukan menetapi Negara barat tidak akan habis begitu sajatanpa pengganti. Namun ia akan menumbuhkan pengganti lain saat kau kembali ke tempat tinggalmu. Begitu juga syawaghil pasar sama dengan di rumah. Pasangan dan keluarga. Semua dunia itu di penuhi dengan syawaghil yang menyenangkan dan melalaikan. Bagaimana pun engkau berkubang di kawasannya ? dan bagaimana engkau ada? Di negeri Timur, Barat atau lainnya ? lalu bagaimana agar bisa selamat dari syawaghil itu ?

Selamat itu tidak berarti harus lari darinya, karena selain hal itu juga tidak mungkin selama masih berkubang di dunia ini, disebabkan syawaghil itu bukan hanya terbatas pada apa yang kita lihat saja, sehingga anda bias katakana pad diri anda "Aku akan selamat dari syawaghil itu dengan menjauhinya serta dengan mengandalkan 'uzla.

Ketahuilah, bahwa di sekujur tubuh anda itu penuh dengan syawaghil, bahkan ada syawaghil yang telah parah dan membahayakan, dari pada syawaghil-syawaghil yang mengitari atau yang anda hadapi di pasar atau di tempat perkumpulan-perkumlulan ?, lalu apakah itu ?

lepas dari kesibukan-kesibukkan duniawi adalah kebodohan terhadap esensi dunia dan penantian yang tiada guna. Sebab kesibukkan-kesibukkan yang sifatnya bisa memutuskan dari Alloh SWT itu pasti ada dan akan selalu wujud. Namun, bermacam-macam dengan meinjau tuntutan perubahan situasi dan kondisi dengan orang-orang tua dan lansia.

Sesungguhnya perkataan hatimu tentang keistimewaan-keistimewaan yang anda rasakan, ibadah-ibadah yang tidak dijangkau selain anda, serta tetapnya diri anda di tempat sepi itu adalah bahaya terbesar yang dapat merusak anda, kemudian anda terlalu memikirkan orang-orang pengkritik anda dan merendahkan, serta anda merasa sakit dan dengki pada mereka. Itu merupakan aghyar terjelek yang dapat menghalangi anda dari Alloh SWT dan melupakan keadaan anda yang semestinya anda perhatikan serta anda prihatinkan. Lalu kemana kita akan lari dari semua syawaghil-ayawaghil itu?

Jawabannya adalah hanya berlindung pada Alloh SWT, sebagaimana firman Alloh SWT :

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ (50)

Artinya :

"Larilah kepada Alloh darinya, sesungguhnya aku pemberi peringatan yang mejelaskan kepadamu"(QS. Adz-Dzariyat)

Maksudnya lari pada Alloh SWT adalah berlindung padanya dengan sering berdo'a serta mengadukan keadaan, kelemahan, serta ingat padanya.

Tidak bisa diragukan lagi bahwa orang yang mau menggunakan obat ini, maka Alloh SWT akan memberi pertolongan keselamatan seperti pertolongan dengan sekali untuk orang yang di ombang-ambing ombak. Memang terkadang kondisi seseorang untuk bertempat di negeri-negeri barat dan kafir atau kegiatan-kegiatan dagang atau pekerjaannya itu memaksanya untuk bergabung di perkumpulan dan golongan manusia yang menyebarkan wabah kkerusakan ke sekitar mereka, atau kebutuhan belajar itu melibatkan dirinya di antara orang-orang yang tersesat dan tenggelam dalam kekejian… sekalipun begitu dia tetap mampu melihat sekali keselamatan dan keberhasilan siap menanti di hadapannya, lalu bila dia lari berlindung kepada Alloh SWT, maka ia akan melihat keselamatan, keberhasilan dari semua kerusakan dan mara bahaya, dan anda telah tahu bahwa sekali-kali keselamatan itu hanya dapat terwujud dengan berlindung pada Alloh SWT dengan sebenarnya.

Contoh-Contoh
1. Para Shahabat-shabat Rosululloh SAW.

Mereka tidak lari dan berlindung kecuali pada Alloh SWT, begitu juga para terdahulu yang sholeh. Anda pasti mengetahui bahwa berbagai macm penggoda dan badai perusak, wabah kekejian serta gangguan-gangguan harta dan peradaban… lalu apakah yang dapat menjaga mereka dari kebinasaan dan mara bahaya itu semua ?, mereka tidak mundur, lalu kembali ke tempat-tempat 'uzlahnya terdahulu yaitu di kepulauan Arab. Tapi mereka malah menyelami kota-kota yang di taklikkan dengan benar-benar berserah diri pada Alloh SWT tidak hanya kata-kata seperti dengan kita ucapkan. Dan mereka juga memperhatikan bekalabadi yaitu takut, ingat, banyak berlindung, serta tunduk kepada Alloh SWT, juga berdo'a agar di jauhkan dari arus-arus perusak yang tidak menjamin keselamatan dan agar tidak di taklukkan pada nafsu mereka sendiri. Kemudian Alloh SWT mengabulkan do'a mereka lalu menolong dan memuliakan dengan menjaga mereka semua seperti Alloh menjaga bayi di dalam ayunannya.
2. Abdur Ar-Rahman

Begitu juga dengan cerita beliau dan teman-temannya yang sudah tidak asing lagi. Bukankah mereka mengarungi dan menghadap dengan membawa risalah ilahi pada kehidupan baru yang tidak mereka ketahui dan tak ada kabar tentangnya ?. dan ternyata dunia yang meraka datangi itu penuh dengan bahaya-bahaya yang mengancam kehidupan, agama serta hubungan mereka dengan Alloh SWT. Tapi bagaimana tuhan menjaga bahaya-bahaya itu dari meraka semua ?, dan bagaimana pula Alloh menundukkan golongan-golongan itu pada mereka ?, serta menerangi malam yang gelap gulita di sekitar mereka?.

Seandainya mereka menyerah pada kenyataan dan menunggu serta menanti kosongnya aghyar agar lewat begitu saja. Pasti mereka akan mati di dalam Lumpur-lumpur aghyar dan mereka hanya menjadi kesenang setelah itu, serta masyarakat tetap bergelimang di dalam kehitaman dunia. Sungguh, sebab mereka mendapatkan penjagaan itu adalah kembali kepada Alloh SWT, sekperti do'anya orang yang terdesak lagi berdebar-debar, dan selalu takut di setiap gerak dan diam serta kondisi mereka, sekalipun badan-badan mereka berkecimpung di keramaian-keraamaian, badai-badai, arus-arus, kesenangan, serta bahaya lainnya. Tetapi hati mereka tetap tertuju untuk ingat dan berharap pada Alloh Pencipta Ala ini.

Penutup

Andaikan orang-orang Islam itu dapat mengambil pelajaran hikmah yang di kemukakan Ibnu 'Atho'illah itu, dan menjadikan kalam hikmah itu sebagai prosedur pada diri mereka, pasti Alloh SWT akan memeberi pertolongan pada mereka sebagaimana apa yang ia tetapkan pada Abdur Ar-Rohman dan teman-temannya. Maha benar Alloh SWT. Firman Alloh SWT dalam surat Ibrohim ayat 13-14 :

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ (13) وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الأرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ (14)

Artinya :

13. Orang-orang kafir Berkata kepada rasul-rasul mereka: "Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami". Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: "Kami pasti akan membinasakan orang- orang yang zalim itu,

14. Dan kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku"
Wallahu a'lam